"Ada apa?" Tanya Putri yang datang mengagetkan ku. Aku hanya berlalu tanpa menjawab pertanyaan nya. Hari ini aku dibuat kesal oleh sikap mbak Naura dan Hani. Aku sedang tidak ada waktu untuk berbaik hati dengan Putri. Aku meninggalkan nya yang masih mematung di koridor sekolah.
"Mentari ... Tunggu!!" Kali ini ia mengejarku dengan langkah kaki yang lebih cepat.
"Tari, kamu tadi habis marah ya sama Hani?" Aku menatap wajah Putri dengan kesal. Tahu apa dia tentang aku dan Hani? Dia bahkan hanya murid pindahan yang selalu membuat masalah di setiap hariku.
"Siapa yang marah? Sok tau kamu." Jawabku ketus.
"Hehe ... Abis nya kelihatan dari wajahnya." Putri meringis berusaha menghiburku. Kenapa hari ini dia begitu akrab denganku? Apakah dia kehabisan teman di kelas, sehingga merayuku untuk menjadi sahabatnya? Aku tidak akan termakan rayuan mu put, kamu sudah merebut sahabatku Windi. Sekarang kamu berbaik-baik hati padaku? Tidak semudah itu.
Dia terus membuntutiku ketika aku sedang membeli jajan di kantin. Aku merasa sangat terganggu dengan keberadaan Putri di sampingku. Baru saja tiga hari yang lalu dia membuat masalah denganku, dan sekarang dia menempel denganku bagaikan sesekor Kucing dengan Majikan nya.
"Putri, kalo kamu udah nggak beli jajan kamu ke kelas dulu sana. Aku mau main di kantin." Ucapku mengusirnya.
"Aku nggak ke kelas kok." Jawab Putri dengan lugu.
Baiklah, jika dia tak ingin beranjak. Aku yang akan pergi ke kelas mendahuluinya.
"Katanya mau main di kantin?" Dia berusaha bangkit dari duduknya.
"Suka-suka aku." Aku membalasnya dengan juluran lidahku yang mengejek Putri.
____
Hari yang melelahkan. Bukan karna tugas rumah maupun tugas di sekolah yang menyita banyak tenagaku. Namun karna ulah Putri, Hani dan mbak Naura yang membuatku jengkel.
Baru saja aku memikirkan nya, kini Putri datang ke rumahku dengan membawa buku Bahasa Indonesia dalam dekapan tangan nya.
"Tari," Sapa Putri dengan wajah cerianya. Aku hampir lupa jika tadi pagi dia berjanji akan datang ke rumahku. Aku masih memandangi beberapa biji Kacang Tanah yang aku pisahkan dari kulitnya.
"Lagi ngapain??" Tanya Putri, suaranya menggelitik di telinga kanan ku. Aku benci sekali dengan basa-basi nya.
"Kamu nggak liat aku ngapain?" Jawabku seraya menghindar dari endusan nafas Putri yang mengganggu telingaku.
Dia mengambil beberapa dan mulai membantuku. Sebenarnya aku tidak butuh bantuan Putri. Ini hanyalah pekerjaan ringan yang bisa saja ku kerjakan hanya dalam waktu beberapa menit. Namun aku membiarkan nya agar dia cepat pergi dan tak menungguku disini.