MENTARI

ELmahira
Chapter #14

Buku Bimbel

Malam hari setelah pulang dari rumah hajatan, aku dan mbak Naura memijit kaki Ayah secara bersamaan. Ayah sering menyuruh kami untuk memijit tubuhnya jika terasa lelah. Kadang ayah juga memberi kami upah yang tak seberapa. Namum kami sangat senang. Itu sudah menjadi kebiasaan keluarga kami.

"Ayah. Naura ada iuran di sekolah." Ucap mbak Naura di selah-selah memijit.

"Iuran buat apa ra?" Tanya ayah yang masih tengkurap.

"Itu, buat beli buku."

Aku hanya mendengarkan percakapan mereka sambil menonton Televisi.

"Berapa?" Sambung ayah.

"Lima puluh ribu yah,"

"Kok mahal sekali ra, buku apa?" Ayah menoleh ke arah kami yang sedang memijit kakinya.

"Eng, buku bimbel yah." Mbak Naura sedikit gugup. Kenapa dia harus gugup jika hanya mengatakan hal tersebut pada ayah.

"Kapan? Secepatnya?"

"Besok lusa yah."

"Apa yang besok lusa?" Tanya ibu yang barusaja pulang dari membeli obat nyamuk.

"Buku bimbel Naura Sri," Ucap ayah

"Baru kelas dua kok ada bimbel." Tanya ibu keheranan.

"Sudah-sudah. Sudah ... " Ucap ayah menghentikan kami yang sedang memijitnya. sambil berusaha duduk dari tengkurapnya. Aku dan mbak Naura menghentikan tugas kami berdua.

Mbak Naura kembali ke kamarnya. Aku tak tahu pasti apakah ucapan ibuk membuat mbak Naura tersinggung. Tapi sejak kami selesai memijit ayah, mbak Naura tak tampak keluar kamarnya sama sekali. Sementara aku masih berada di depan Televisi bersama ayah dan ibuk.

"Mana buk es buat Tari?" Ucapku menagih upah pada ibuk.

"Ini, lagian malam-malam kok minum es sih kamu ini ri," Ujar ibuk mengeluarkan dua es lilin dari kantong kresek.

"Mbak. Ini es mbak Naura."

"Taro di meja saja. Nanti aku minum." Ucap mbak Naura acuh ketika aku masuk ke dalam kamar.

"Kalau ada uang kasih saja sri, besok lusa harus dibayar." Ayah memulai pembicaraan.

"Aku nggak ada uang segitu yah. Tadi pagi ayah tahu sendiri kita baru saja dari rumah mas Mus, aku pakai buat isi amplop." Jawab ibu.

Ayah hanya bergeming sambil memikirkan sesuatu.

"Besok aku coba pinjem ke emak." Ucap ayah dengan pelan.

"Kenapa nggak sekarang yah. Lebih cepat lebih baik. Besok kita masih ada acara."

Lihat selengkapnya