MENTARI

ELmahira
Chapter #15

Bazar buku

"Buk, nanti Naura pulang agak malam ya." Pamit mbak Naura ketika aku dan ibuk sedang menyiapkan makan malam.

"Selalu saja begitu." Gerutuku pada ibuk.

"Mungkin dia ada banyak tugas sekolah ri." Ucap ibu membela.

"Tugas sekolah kok tiap hari buk? Kapan dia punya waktu sama kita?" Aku mengelak.

"Nanti juga kamu bakal kayak mbak mu kalau sudah SMP." Ucap ibuk

"Buk. Nanti Tari ke bazar buku." Ucapku

"Dimana?"

"Di lapangan desa."

"Malam ini?"

"Iya. Ada banyak orang jualan buku disana. Ibu juga boleh kok datang." Ucapku dengan percaya diri.

"Ngapain ibuk datang kesana ri? Ada-ada aja kamu ini."

"Disana ada yang jualan makanan banyak bu."

"Enggak. Ibu di rumah saja sama ayahmu. Sudah tua, mau baca apa?" Kami berdua tertawa. Ibuk selalu saja mengatakan dirinya sudah tau. Padahal usianya masih muda. Empat puluh tahun. Ibuku memang tak banyak gaya seperti ibu-ibu temanku. Ibuku setiap hari hanya bekerja di sawah dan mengurus rumah. Jarang sekali aku melihatnya berdandan meski ke acara-acara. Ibuku suka menyisir rambut dan membuat konde dengan bunga di kepala. Ibuku memang penduduk desa tulen.

"Ayah. Tari ke bazar dulu ya." Ucapku sambil mencium tangan ayah.

"Sama siapa?"

"Sama Putri. Di lapangan desa."

"Nanti kamu nangis lagi kaya kemarin." Ucap ayah meledekku.

"Enggak yah. Kami mau beli buku. Putri sudah menjadi sahabatku."

Aku dan Putri berjalan menuju lapangan desa bersama. Bazar buku yang di selenggarakan sekolah kami memang rutin tiap tahunnya. Tahun lalu aku membeli buku-buku Doa. Kali ini aku akan membeli buku cerita untuk mengisi waktu senggangku di rumah. Ibu memberikan ku uang saku lima belas ribu. Aku sempat menolaknya. Namun ibuk memaksa. Aku terpaksa menerima uang tersebut dan kutambahkan dengan uang tabungan ku sebesar sepuluh ribu.

Gemerlap lampu menghiasi lapangan malam itu. Beberapa penjual makanan ikut serta memeriahkan acara. Semua guru-guru SD hadir pada Bazar buku tersebut. Tak satupun anak di sekolah yang ketinggalan pada moment tahunan itu.

Aku dan Putri berjalan melihat-lihat buku yang tertata rapi pada meja-meja kecil milik penjual buku. Perhatianku tertuju pada sebuah buku cerita setebal dua ratus halaman. Ringkasan nya ringan dan beragam cerita terkandung di dalamnya. Mulai dari kisah-kisah klasik Timur Tengah, cerita dari negeri China dan jepang. Tak ketinggalan sejarah peradaban Indonesia. Dan masih banyak lagi.

Aku melihat rincian harga pada brosur yang kubawa. Disana tertulis enam belas ribu rupiah. Apakah masih bisa ditawar? Aku akan mencobanya.

"Pak. Berapa harga buku ini?"

Lihat selengkapnya