Kami berdua makan dengan lahap. Meski dengan menu sederhana olahan ibuku. Namun mampu mengobati rasa lapar kami setelah membantu ayah menanam jagung di ladang. Selesai makan bersama, aku dan Putri melanjutkan pulang ke rumah. Namun Putri enggan untuk kembali. Ia merasa sangat nyaman bersama keluargaku. Aku khawatir jika kondisinya masih belum stabil. Aku takut jika nenek Romlah akan memarahinya dan melarangku untuk bermain dengan Putri lagi.
"Put, kamu pulang saja ya ... Besok kita main lagi." Ucapku ketika kami berdua sampai di rumahku.
"Aku masih pengen main disini ri, di rumah bosen." Rengek Putri.
"Iya. Besok kita main lagi. Nanti kamu kecapekan, kamu harus istirahat put." Jawabku.
"Ya sudah, aku pulang ... Besok kita main lagi ya." Dengan berat hati akhrinya Putri menyudahi bermainnya bersamaku hari ini.
"Sampai ketemu di kelas." Ucapku sambil melambaikan tangan pada Putri.
Baiklah ... Petani kecil ini sudah bekerja keras. Saatnya mandi dan beristirahat.
Malam hari saat aku dan ayah sedang duduk bersantai di depan rumah. Kami berdua memandangi langit malam yang cerah. Cahaya bulan bersinar terang menyinari atap rumahku. Kata ayah jika bulan sedang cerah, itu menandakan tanggal lima belas. Ayah menghitung tanggal Masehi. Ayah juga mengajarkan ku tentang arti garis bintang.
"Waaah ... Ayah sangat keren !" Ucapku ketika ayah selesai menjelaskan. aku bertepuk tangan seperti melihat sebuah pertunjukan pentas. Ayah memang sangat pandai.
Sementara ibuk dan mbak Naura sedang sibuk menonton TV di dalam. Sayang sekali suasana malam yang indah mereka lewatkan dengan duduk di depan Televisi. Apa yang menarik dari semua itu? Oh iya, ngomong-ngomong tumben sekali mbak Naura berada di rumah di jam seperti ini. Biasanya dia tak pernah absen keluar rumah. Meski cuaca hujan, panas. Dia tak peduli. Apapun yang terjadi dia tetap pergi ke rumah teman nya. Entah ke rumah siapa aku tak tahu.
____
Hari berganti, malam berkabut kini menjadi pagi yang cerah. Seperti biasa aku berangkat ke sekolah bersama dengan Putri teman setiaku. Kabar menggembirakan bahwa Putri tidak dimarahi oleh nenek Romlah. Putri juga sudah kembali Fit seperti sediakala. Rencananya hari ini aku dan Putri akan mengintai ke rumah Hani. Musuh baruku.
"Nanti pulang sekolah kita ke rumah Hani yuk put." Ucapku pada Putri.
"Ngapain ke rumah Hani?" Tanya Putri keheranan.
"Kamu ikut saja. Nanti kita mata-matain dia." Ujarku dengan sok jagoan. Hani dan Putri duduk bersebelahan. Meski tak satu bangku. Putri tidak tahu menau soal pertengakaran kami kemarin. Namun Putri ikut memusuhi Hani karna membelaku dan menolak saat Hani mengajaknya berbicara. Aku tersenyum meringis saat melihat tingkah mereka. Putri memang sahabat terbaik.
Tibalah saatnya aku dan Hani beraksi saat ini. Jam sekolah sudah selesai. Putri mengganti pakaian nya dan bergegas ikut pulang ke rumahku. Nenek Romlah mengingatkan Putri untuk makan sianh terlebih dahulu. Namun Putri menolak dan bersikeras untuk ikut serta bersamaku.
"Gampang. Pokoknya nanti kita makan bareng di rumahku." Ujarku sambil memberi telapak tanganku pada Putri. Putri menepuk telapakku dan mengatakan "nggak masalah."