Akhirnya kami berdua sampai rumah, meski dengan rasa ingin buang air kecil yang tak tertahankan. Aku dan Putri kini bersiap untuk agenda selanjutnya, yaitu memasak bersama. Ibuk menyuruh kami untuk makan langsung saja. Karna ibuk telah menyiapkan masakan untuk kami. Namun aku dan Putri ingin mencoba memasak sendiri. Kami ingin tahu bagaimana menjadi mandiri.
"Kamu udah pernah masak belum?" Tanya Putri sambil menyiapkan bahan masakan.
"Aku udah. Kamu pasti belum pernah." Ejekku.
"Aku pernah, tapi masak mie instan." Ucapnya.
"Yee ... Kalo itu sih aku sering. Aku pernah bantuin ibu goreng tahu put." Aku tak mau kalah.
Rencananya aku akan memasak sayur asem seperti ibuk. Kami mengambil bumbu dapur milik ibu. Peralatan masak dan lainnya. Putri juga menyiapkan kaleng bekas yang akan kami gunakan sebagai panci memasak.
"Ayo put, aku udah lapar nih." Ucapku pada Putri.
"Ya sabar, aku juga baru nyalain apinya ri. Bantuin lah." Gerutunya.
"Aku sedang memotong sayur nih, kamu nggak lihat." Ucapku.
"Tari, emang kamu tahu bumbunya sayur asem?" Putri berkecak pinggang.
"Tanya ke ibuk put, sebentar ya ..."
Setelah api menyala. Kami memasak air terlebih dahulu. Ternyata ini semua tidaklah mudah. Putri yang sudah bergelut dengan asap, kini wajahnya menjadi kusam dan penuh angus. Aku tertawa geli melihatnya. Ia tak patah semangat terus meniupi api dan memeriksa air beberapa kali.
"Kalau sudah mendidih, kita baru bisa masukin sayurnya." Ucapku.
"Tapi lama ri, ini aja masih dingin airnya." Putri mencelupkan ujung telunjuknya pada air tersebut.
"Ih ... Kotor tanganmu put, jorok ah." Dasar Putri ! Bisa-bisanya dia mencelupkan jarinya yang kotor itu ke calon sayur asem kami. Tangannya dari tadi dia pakai untuk menuangkan minyak tanah ke api. Entahlah ... Seperti apa rasa dari masakan kami nanti.
"Terus lauknya apa ri?"
"Nggak tau. Ambil saja di dapur." Ucapku.
"Gimana kalau kita beli kerupuk aja. Kalau ambil di dapur nanti kita nggak mandiri dong?" Jawab Putri.
"Yaudah. Aku beli kerupuk dulu ya. Kamu jagain ini." Aku mengambil sisa uang sakuku di kamar. dan langsung pergi ke warung. Setelah kembali, air rebusan sudah mendidih. Sayur siap dimasak. Meski seadanya saja. Putri yakin pasti hasil masakan kami sangat lezat.
"Di cicipi dulu ri." Ia menahan tanganku saat aku sedang mengaduk sayurnya.
"Kamu cicipi saja. Nanti kita tambahin apa yang kurang."
"Kurang asin ini ri." Ia menambahkan sejumput garam dan memasukkan nya.
"Gimana?" Tanyaku.
Ia hanya terdiam sambil mengecapkan kedua bibirnya.