Bulan berganti menjadi tahun.
Kini, aku dan Putri telah memasuki jenjang sekolah menengah pertama, atau yang sering di sebut SMP. Telah melalui banyak kisah dan juga tantangan masa kecil yang lumayan seru.
Bermula dari kebencian, lalu berubah menjadi sahabat kental. Aku dan Putri adalah dua jari yang bersandingan. Tak bisa terpisahkan. Jika salah satu dari kami merasa sakit, maka yang lainnya pun merasa sakit.
Setelah pelajaran selesai, ia menutup bukunya. Lalu memasukkannya secara teratur ke dalam tas ransel berwarna merah jambu, bergambar lambang hati. dengan taburan glitter yang sering ku mainkan, kala kejenuhan melanda selama jam pelajaran.
"Nanti anterin aku ke toko yuk, pulang sekolah!" Ucapnya sambil meletakkan kepala di atas meja. Di ikuti bibir yang terbuka lebar menguap.
"Nyari apa?" Sahutku sambil merekatkan telapak tangan menutupi mulutnya.
"Kita beli bando yuk, lucu-lucu tau ... Ya? Aku jemput jam empat!" Tanpa toleransi ia begitu saja membuatku berjanji untuk mengantarnya sore ini. Dia memang seperti itu, sedikit keras kepala. Namun sangat manis.
"Eh, Tari ... Anak yang duduk di bangku paling belakang, gimana?" Maniknya membulat sempurna. Menampilkan sebuah senyuman, hingga terlihat deretan gigi putihnya.
Penasaran, aku menoleh ke belakang. Siapa yang Putri maksud?
"Eh ... Bukan itu, maksudnya deretan cowok-cowok!" Ia menggerakkan kepalaku, dan mengarahkannya ke dua siswa yang sedang mengobrol santai. Dia, dia adalah Rangga. Setahuku, dia bernama Rangga.
"Rangga?" Tanyaku yang nyaris tak terdengar. Putri mengangguk cepat.
"Kamu, naksir ya?" Godaku sambil menempelkan ujung telunjukku pada pipi mulusnya. Putri tersipu, lalu menegakkan badannya yang semula terkulai malas di atas tempat duduk.
"Shh! Jangan keras-keras! Nanti ada yang denger," Pekiknya sambil mencubit gemas lenganku.