Beratnya masalah yang sedang dihadapi keluarga kami, membuatku malas untuk melakukan apapun. Termasuk pergi ke sekolah pagi ini.
Ya, mbak Naura dinyatakan hamil. Ia positif mengandung. Dengan usia kandungan lima minggu.
"Dihabiskan sarapannya Ri, nanti kamu lapar!" tegur ayah padaku.
"Tari nggak lapar Yah, oh iya ... Mbak Naura tadi belum makan Yah, Masih tiduran di kamar." jawabku sambil menggeser piring ke tengah meja.
"Nanti ayah yang bujuk dia, sekarang kamu selesaikan dulu makannya!" sahut ayah sambil berdeham.
"Tari berangkat dulu Yah!" ucapku sembari menyangklong tas ransel, lalu meraih tangan ayah untuk berpamitan.
Biasanya, Putri yang lebih awal menjemputku. Bahkan, seringkali ia menungguku di teras depan ketika aku masih asyik menyantap kudapan pagiku.
Ada baiknya jika pagi ini aku yang bergiliran menjemputnya. Dari pada harus terlambat?
"Baru aja mau aku jemput Ri," sapa Putri yang sudah bersiap dengan sepeda motornya yang telah menyala.
Setelah naik ke atas jok motornya, aku memulai pembicaraanku.
"Kemarin kamu pergi sama siapa, Put?" tanyaku sambil mendekatkan wajah ke telinganya.
"Kemarin? Memangnya kamu tau aku pergi?" Putri justru balik bertanya.
"Iya, kamu lewat depan rumah aku 'kan?" sahutku tak ingin kalah.
"Aku ...."
Tiba-tiba kalimat Putri terhenti karna seseorang dari belakang yang melaju lebih cepat dari motor yang kami tunggangi.
Rangga adalah orangnya.
Itu adalah siswa yang paling kusukai saat ini. Sikapnya memang dingin, tetapi tak merubah perasaanku padanya.