***
Sosok elok itu melintas tepat di depan kami yang sedang berdiri di depan koridor pagi ini. Air wajahnya menampilkan hingar bingar suasana hatinya yang sukacita. Hembusan angin ringan menegaskan aroma pomade yang begitu maskulin, setelah jejak kakinya berlalu beberapa detik lalu.
Aku hampir saja lupa jika Putri sedang memperhatikannya juga. Dengan sigap aku memutar wajah, lalu kembali mengunci pintu loker milikku.
"Oh My God!" jerit Putri sambil menyentuh kedua pipi mulusnya. Aku tak akan bertanya mengapa ia melakukan itu. Jelas sudah Putri sedang berbunga-bunga pagi ini.
Seorang pangeran tampan baru saja memberinya senyuman yang paling menawan. Pemandangan yang merusak suasana kalbuku sepagi ini.
"Ri, aku cantik ngga hari ini?" Dengan penuh semangat ia merapikan setelan putih biru yang membalut tubuhnya.
"Enggak, jelek!" jawabku ketus. Lalu berusaha berjalan lebih cepat darinya.
"Ih, Mentari kok gitu sih? Mentari kan harusnya cerah bersinar. Bukan merengut kaya gitu!" Protesnya sambil berusaha mensejajarkan langkahnya denganku.
"Kalau langitnya mendung, ya otomatis Mentarinya murung. Gimana sih?" bantahku.
Meski demikian, aku tetap berusaha menyembunyikan rasa cemburuku itu. Hingga kami berdua tiba di depan ruang kelas, yang memperlihatkan dua manusia biang gosip di kelas. Ya, Ratna dan May.
"Tari, katanya kakak kamu-"
"Hussh!!"
Pertanyaan May itu buru-buru di tepis oleh Ratna. Dengan sengaja Ratna mendorong May dengan pelan agar sahabatnya itu berdiri di belakangnya.
"Awas, aku mau lewat!" seru Putri.
"Jawab dulu dong!" May masih saja tidak terima.