Warung makan pinggir jalan berjejeran rapi, sepasang manusia sedang duduk berdebat di warung makan yang sepi. Hanya mereka bertiga si laki-laki, perempuan dan Mas penjual nasi goreng. Meskipun sudah malam, nasi goreng tetaplah terasa enak bagi mahasiswa-mahasiswa perantauan. Selain itu, di daerah ini penjual Nasi Goreng pada malam hari lebih banyak daripada di pagi hari. Entah kenapa hal tersebut sudah lumrah di daerah tersebut.
Makan di warung pinggir jalan, tidak membuat perasaan si laki-laki goyah untuk menyatakan perasaannya pada perempuan yang sudah lama menjadi pujaan hatinya. Meskipun, tidak seromantis berada di Cafe atau restoran, warung pinggir jalan juga termasuk tempat yang indah karena rapinya warung-warung yang berjejeran dan beberapa warung terdapat lampu kelap-kelip untuk menarik perhatian para pengunjung. Selain itu, melihat banyaknya manusia yang berjalan kaki kesana-kemari terlihat menyenangkan bagi mahasiswa yang sudah muak tinggal di Ibu Kota Metropolitan.
Awalnya mereka membicarakan tugas-tugas yang rasanya sangat banyak sampai berbicara apa saja yang membuat mereka bahagia. Setelah hening beberapa saat karena si perempuan mengunyah makanannya dengan lahap, “Aku suka sama kamu,” ujar laki-laki yang memecah keheningan diantara mereka.
Perempuan itu terdiam mematung, ia tidak pernah berpikir bahwa laki-laki yang duduk di depannya selama ini memiliki perasaan padanya. Ia selalu berpikir bahwa laki-laki tersebut hanya ingin berteman dengannya karena berasal dari pulau yang sama, disaat mereka berada jauh dari pulau kelahirannya.
“Maaf. Aku...”