Mentari

Larantara
Chapter #4

Bab 2

“Tari, kamu dimana?” Mama Tari berteriak memanggil anaknya yang sekarang sedang tidur di kamar.

“Tari? Kamu lagi ngapain sih, kenapa kalau dipanggil enggak jawab?” Mama membuka pintu kamar Tari. Ia kaget melihat anaknya yang sedang tertidur pulas di atas ranjang sambil memeluk boneka kesayangannya.

“Tari, bangun kamu!” Mama menarik lengan Tari untuk membangunkannya. “Kamu ini enak banget tidur setelah ujian ya!”

Tari bangun dari tidurnya, sebenarnya ia belum sepenuhnya sadar. Namun, Mamanya terus berbicara di depannya. Ia pun berusaha untuk kembali menahan kantuknya, lalu mengucek-ucek matanya agar tersadar sepenuhnya.

“Kenapa, Ma?” ujarnya setelah mengumpulkan nyawa dari tidurnya.

“Kenapa kamu bilang? Lihat ini, nilai rapor kamu hanya 95 sedangkan teman kamu yang namanya Tania mendapatkan nilai 96. Kenapa sih kamu selalu jadi nomor 2? Kenapa kamu enggak bisa mendapatkan nilai yang sempurna? Ha?” Sekarang, Tari sudah sepenuhnya sadar dan melihat mata Mamanya yang sudah menyalang karena amarahnya.

“Tari, sudah berusaha, Ma.” Tari kembali menunduk sambil mengambil ujung selimut untuk dipelintir. Ia selalu takut jika tidak memenuhi keinginan Mamanya.

“Enggak! Mama enggak percaya kalau kamu sudah berusaha. Buktinya, sekarang kamu malah enak-enakan tidur di sini. Harusnya, kamu itu les sekarang!”

“Tapi, guru lesnya bilang, Tari enggak usah masuk les hari ini, Ma.”

“Mama yang akan carikan kamu tempat les yang lain. Pokoknya, kamu jangan menyia-nyiakan waktumu untuk tidur! Kalau mau pintar itu usaha yang rajin! Bukannya malah tidur-tiduran di kasur. Kamu itu memang enggak pernah mau buat Mama bangga, ya?”

***

Satu minggu lagi, Tari akan melalukan Ujian Kenaikan kelas. Mamanya semakin memperketat les, sehingga jadwal tidur Tari pun semakin berkurang. Terkadang, ia tidak tidur semalaman karena harus belajar. Mamanya sudah berulang kali mengatakan, bahwa dia harus masuk pada kelas XI IPS A yang merupakan tempat anak-anak terpintar dari sekolah IPS. Tari sendiri, belum pernah memikirkan harus mengambil jurusan apa nantinya. Ia hanya akan menuruti apa yang telah diatur oleh Mamanya.

“Tari, kamu sudah makan?” ujar Ibu Nia, guru les privat Matematikanya.

“Belum, Bu. Tari kan baru sampai di rumah.” Tari tersenyum mendengar perhatian guru lesnya, yang sebelumnya sangat dia inginkan dari ibunya.

“Kamu pergi makan dulu deh, Ibu akan tunggu kamu.”

“Enggak usah, Bu. Ibu kan, hanya akan mengajari aku selama 2 jam. Setelah itu, aku juga harus langsung les Ekonomi lagi. Aku enggak punya kesempatan, Bu.”

“Tapi, wajah kamu itu sudah pucat, Tari.”

Lihat selengkapnya