“Tari! Kamu lihat uang Mama enggak di Sini? Mama, tadi simpan di atas meja makan. Tapi, enggak ada sekarang.” Mama Tari saat ini mondar-mandir di dapur mencari uang yang sebelumnya ingin dia bawah ke supermarket. Uangnya terbilang cukup banyak karena hari ini waktunya mereka belanja bulanan.
“Enggak, Ma. Dari tadi Tari, memakai pakaian di kamar.”
“Terus, siapa yang ambil? Barusan banget, Mama ke kamar lalu uangnya tiba-tiba hilang begitu saja.”
“Aku enggak tahu, Ma.”
“Uangnya itu buat kamu beli makanan di sana, Tari. Kamu jujur kalau kamu yang ambil, lagian Mama enggak akan marah karena memang uang itu untuk makan juga.” Mama sangat jarang percaya pada Tari, apa pun yang diucapkan oleh Tari, harus dibuktikan oleh seseorang karena Mama merasa Tari akan pandai berbohong jika terus dipercaya.
“Tari beneran enggak tahu, Ma,” ujar Tari dengan air mata yang mulai menetes dari pelupuk matanya.
“Ya sudah. Kamu masuk ke kamar saja, kamu enggak usah ikut Mama belanja dulu hari ini.”
Mama ingin percaya bahwa bukan Tari yang mengambilnya, apalagi saat Tari mengatakan tidak tahu dan ia melihat tepat mata Mamanya berarti tandanya Tari tidak sedang berbohong. Namun, Mama tidak bisa percaya karena di rumah ini hanya ada mereka berdua. Uang pasti tidak bisa jalan atau pindah sendiri.
“Tapi, Ma. Tari mau ikut.”
“Mama bakalan belikan kamu cemilan. Enggak usah ikut, kamu belajar saja di kamar.” Mama pun berlalu meninggalkan Tari sendirian yang sedang menangis.
***
Ujian semester telah dilaksanakan minggu lalu, kini para siswa mengikuti kegiatan porseni sekolah. Kegiatan porseni sekolah mewajibkan seluruh kelas berpartisipasi dalam setiap lomba. Namun, tidak menuntut setiap siswa ikut berpartisipasi. Sehingga, Tari hanya ikut menonton teman-temannya yang ikut lomba. Sama seperti Tari, Tania juga tidak ikut melakukan lomba apa pun, ia hanya duduk atau berjalan bersama Tari dan Ajeng mengelilingi lapangan sekolah. Sedangkan Ajeng mengikuti lomba Fashion Show, Puisi, Volly dan banyak lainnya. Eki sendiri tentu mengikuti lomba Basket dan lomba fashion show bersama Ajeng.
Saat ini Tari duduk dibangku penonton melihat XI Ips B melawan XII Ipa A. ia duduk paling depan bersama Tania dan Ajeng yang baru saja selesai mengikuti lomba puisi.
“Kamu dukung kelas kita kan?” ujar Ajeng melihat Tari dengan membelalakkan matanya jika Tari mendukung kakak kelasnya.
“Yah, masa Tari, dukung kelas XII, sih, Jeng,” ujar Tania yang berada di samping Ajeng.
“Siapa tahu aja kan, nih anak berkhianat!”
“Astaga, aku pasti dukung kelas kalian, lah. Aku enggak kenal siapa pun di kelas XII.”
“Baguslah. Kalau di kelas aku, kamu mau dukung siapa?” ujar Ajeng melihat Tari. “Btw, Kevin makin ganteng enggak sih?” goda Ajeng pada Tari.
“Ganteng apaan? B aja kali,” celetuk Tania.
“Astaga, Tania! Iya sih, Kevin B aja menurut kamu.” Tari hanya tersenyum mendengar ucapan Ajeng. Untungnya, Tania tidak tahu apa-apa tentang Tari di Cafe waktu itu.
Pertandingan basket dari kelas XI Ips B ada Eki, Kevin dan teman-teman mereka berdua lainnya. Jika, ada kesempatan Ajeng akan selalu menggoda Tari jika melihat Kevin. Namun, Tari sering kali memarahi Ajeng jika dia berulah. Meskipun Tari belum sepenuhnya move on, tapi ia sudah tidak ingin menyukai Kevin lagi.
“Jadi, kamu dukung siapa nih, Tar? Kamu kan enggak sekelas sama kita, siapa tahu ada yang spesial gitu,” ujar Ajeng kembali menggoda Tari. Sedangkan Tania yang duduk di sampingnya hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Ajeng.
“Astaga, Eki! Eki kan teman aku.” Senyum Tari pada Ajeng yang merasa bingung pada Tari.
“Temen apa demen?”
“Ajeng udah, deh!”
“Iya deh, iya,” ujar Ajeng sambil tertawa lepas melihat temannya yang salah tingkah.
Disisi lain, mereka berdua tidak tahu jika ada yang memperhatikannya. Orang tersebut mendengarkan percakapan mereka. Ia ingin marah, namun harus berpura-pura karena Ajeng dan Tari tidak melihatnya. Sehingga, ia lebih memilih menyusun rencana untuk membuat kedua orang itu tidak selalu membicarakan pacarnya.