Jam 6 pagi, Mentari sudah siap untuk pulang ke rumah mengambil buku untuk ke kampus. Mentari yakin Elang masih tidur, Mentari tersenyum karena hatinya berdebar saat mengingat Elang.
Mentari keluar dari kamar, dia bertemu dengan Dion yang keluar dari kamar staff karena memiliki jam kerja sama seperti Mentari.
"Dion kamu lihat Elang tidak?"
"Dari tadi saya belum lihat pak Elang, mungkin masih tidur bu Mentari."
"Kamu tahu di kamar mana Elang tidur?"
"Tadi saya lihat hanya kamar nomor 2 yang masih tertutup."
"Temani saya ke dalam mencari Elang."
"Baik bu," Mentari mengikuti Dion masuk ke ruangan yang sama persis seperti kamar milik perempuan hanya berbeda warna, mereka berdiri di kamar nomor 2 yang masih tertutup.
"Terima kasih Dion, saya masuk dulu. Kamu tunggu disini sebentar."
"Baik bu," Mentari masuk ke dalam kamar, Mentari mendekati Elang yang sedang tertidur. Mentari tersenyum melihat wajah Elang yang sangat manis saat tertidur, tiba-tiba Elang menarik Mentari dan memeluknya erat.
"Elang lepaskan," Mentari berusaha melepaskan pelukannya.
Elang tersenyum dan pura-pura tidur "Elang jangan bercanda, lepaskan aku sekarang."
Mentari mencubit hidung Elang hingga kesakitan dan melepaskan pelukannya.
"Sakit sayang."
"Biarin, kamu sih pagi-pagi udah iseng." Elang hanya tersenyum mendengar perkataan Mentari.
"Kenapa kamu tadi peluk aku? Padahal aku tidak bersuara."
"Aku mencium aroma tubuhmu dan hatiku berdetak kencang saat bersama kamu."
"Pagi-pagi sudah gombal, mandi sana. Badan kamu bau," Mentari tersenyum.
"Meskipun aku bau, kamu pasti sayang sama aku." Elang dengan percaya diri mengatakannya.
"Ge'er banget kamu, sana mandi. Aku tunggu di luar."
"Tunggu disini saja."