Menuju Seperempat Abad

Mala Armelia
Chapter #2

Waktu kelahiran

Di suatu hari yang berangin seorang wanita berumur hampir 30tahun sedang berbaring menahan rasa sakit akibat kontraksi sebab bayi yang dikandungnya tak kunjung keluar meski sudah hampir 2malam berada di bidan hingga harus berpindah tempat bidan karena kandungan yang berisi dua orang bayi itu membuat bidan sebelumnya menyarankan agar dilakukan operasi di rumah sakit terdekat. Oh tidak, meski bayi kembar adalah hal yang baru terjadi di kalangan mereka, operasi pun hal baru yang tentu saja asing dan menakutkan juga mahal, jadilah berkat bisikan sekitar dan insting lebih baik wanita hamil ini berpindah bidan.

Alhasil, disinilah seorang ibu tiga anak yang tengah menunggu kelahiran bayi nomor empat dan lima itu. Akibat kabar bayi kembar yang sedang ditunggu-tunggu dan wanita mau melahirkan yang tak kunjung kelar selama hampir tiga hari pada tahun 99 saat itu menjadi berita terbaru, terkini, dan harus ditunggu pada tempat tinggal sang ibu anak tiga ini hingga satu kampung ikut bergunjing memikirkan kapan persis perkiraan munculnya dua bayi yang mereka penasaran wujudnya.

Menjelang malam diruangan bidan yang tidak lebih dari tiga meter panjangnya sang ibu bayi pasrah, berusaha tetap tersadar dengan bantuan permen mentos agar tidak terlelap didetik menegangkan ketika akan mengejan berat. Berkat dukungan banyak orang dan pengalaman melahirkan sebelumnya, dengan sisa-sisa tenaga yang ada ibu itu mengejan mendorong bayi pertama keluar bersamaan dengan angin sepoi yang menembus jendela membuat gorden ikut bergoyang.

Bayi pertama lahir, saking riuhnya keadaan ruangan saat, manusia mungil yang baru saja menangis itu dikiranya laki-laki. Satu klinik gembira sambil menunggu kemunculan bayi selanjutnya, perempuan, tapi semuanya tetap gembira sebab manusia kecil yang ditunggu sudah datang. Bayi-bayi tersebut dimandikan lalu menunggu diadzani, namun malangnya sang bapak entah kemana sampai tak kunjung datang lalu berakhir paman mereka yang mengadzani, adik ipar sang ibu yang memang sudah bersedia membantu, termasuk keperluan persalinan.

Kebahagiaan kelahiran bayi kembar pertama di kampung langgar menjadi kabar kelahiran terbaru, bayi nomor satu ditimang dan digendong bergantian oleh yang melihatnya sedangkan bayi nomor dua masih dalam rawatan bidan karena bayi lahir berat dengan badan rendah kemudian dalam bagian lain terlihat bisik-bisik mengenai bagaimana pembayaran kelahiran akan dilakukan sedangkan tidak ada sang bapak sebagi penanggung jawab disana.

Semalaman mereka menunggu sang bapak datang hingga pagi hari dia menampakkan diri sambil berkata, 

"Yang cewek mau dibeli harganya tiga juta, buat bayar lahiran." 

Apakah yang terjadi selanjutnya?

kembali lagi bersama sang ibu yang pasrah pasca melahirkan, ketika mendengar sudah mendapatkan anak laki-laki setelah melahirkan empat perempuan mungkin tidak apa jika anak terakhirnya dipakai untuk membiayai kerja kerasnya selama tiga hari belakang. Tapi, apakah sang nenek yang mendengarnya setuju? jawabnya tidak.

Lihat selengkapnya