Blurb
Apa yang sering orang sesali ketika mereka berusia tiga puluh tahun?
Tiba-tiba saja pertanyaan itu terlintas dipikiranku. Seorang gadis yang baru saja genap menggabungkan diri pada jejeran pemilik usia dua puluh enam tahun. Ya, dua puluh enam tahun. Usia yang sudah melewati fase Quarter life crisis, namun apakah masa krisisnya sudah benar-benar lewat? Tidak. Ini justru baru permulaan. Ini gerbangnya, dan aku baru saja masuk disana. Sebuah dunia dengan begitu banyak kesempitan. Tuntutan pernikahan, tuntutan kesuksesan yang di ukur dengan standar penilaian tetangga, juga tuntutan untuk memiliki uang lebih agar kamu pantas untuk dihargai, semuanya menjadi warna didalamnya. Sebuah dunia yang sungguh akan membawamu pada sisi dewasa yang sebenarnya.
Lalu, apa yang akan orang lakukan sebelum mereka berusia tiga puluh tahun?
Buku ini ditulis dalam perjalanan itu. Sebuah buku yang juga masih belum memiliki akhir, sebelum aku berusia tiga puluh tahun. Sebuah catatan kecil yang dirangkum penuh selama empat tahun ke depan, yang tidak memiliki batas chapter, halaman, maupun tokoh. Semua hal yang terjadi, pembelajaran yang datang, semua akan tertulis disini. Sebuah catatan untuk diriku sendiri, dan -mungkin saja- menjadi self-reminder untuk banyak orang yang memiliki kegelisahan serupa. Tenang saja;
Kamu tidak sendirian.