Sebha, akhir Agustus 2010
Pada pembacaan pertama, rangkaian kisah dari surah keduapuluh menyublim di udara, dalam nada teredam yang menyamankan telinga.
Esraa tahu-tahu menyelonong masuk.
“Yaa Endunisy, beritahu aku bagaimana kamu bisa membaca Quran?” dengan seenaknya ia memotong bacaan Sinan.
Gadis itu terpaksa berhenti demi melademi pertanyaan Esraa. “Ada apa? Kamu butuh sesuatu?”
“Aku bertanya padamu, bagaimana kamu bisa membaca Quran?”
“Memangnya kenapa?” Sinan bertanya denagan heran.
“Aku tidak tahu kalau ajnabi bisa baca Quran.”
“Kukira muslim memang seharusnya bisa baca Quran.”
“Aku tidak.”
Sinan mengernyit heran. “Mengapa tidak?”
“Ish…karena aku tidak bisa membaca mushaf.” Bocah itu menjawab tidak sabaran. “Aku hanya mendengar baba membacakan ayat dan aku menirukannya. Mereka bilang aku ini anak pintar. Belum ada anak sepertiku dalam keluarga.”