"Arzyl yang menunggu kasih udah mati..."
-Ruby Arzyl-
...
Berlari menaiki ujung tangga hingga mencapai lantai yang Arzyl tunggu membuatnya lelah. Kecak sebal tidak henti ia ucapkan, rok pendek ini belum mampu ia terima sepenuhnya karena beberapa alasan seperti saat ia tengah berlari. Namun karena beberapa alasan lain yang lebih unggul membuatnya terlihat senyaman mungkin karena Arzyl yang dulu sudah ditelan tanah dan jangan tanya alasan lain itu untuk sekarang.
Nafasnya terengah cukup hebat namun segera ia menghela panjang sembari mendongakkan kepalanya tinggi-tinggi dan mengibaskan rambut, bersiap untuk memasuki kelas bertuliskan XI IPA 1.
"Bebeb Arzyl kemana aja seminggu ini?"
"Rambutnya warna ungu bro."
"Sini duduk sama gue."
"Sama gue aja Zyl nanti gue bantuin ngerjain tugas."
"Gak perlu loe dengerin mereka, sama babang Tino aja."
Suara-suara dari berbagai sudut kelas itu sudah ia biasa dapatkan sejak empat bulan, awal-awal masuk ke jenjang menengah atas, sehingga ia tidak repot-repot mendengarkan atau bahkan membalas. Arzyl tidak menghiraukan mereka semua, ia memilih duduk dengan Risa, cewek yang dulunya bermasalah itu namun cukup pintar, bisa ia jadikan teman untuk dirinya yang sekarang. Libur gratis selama seminggu membuatnya berpikir segala hal termasuk memilih teman duduknya yang baru.
"Wah kenapa loe duduk sini, nanti gue cari masalah sama ketua OSIS. Pergi sana duduk sama Tasha noh, ya meski gue tahu loe cuman manfaatin dia aja. Lagian ya di sini tempatnya Ajeng." Risa sungguh membuat Arzyl kesal, Arzyl hanya melirik belakang tempat Tasha, yang dimaksud Risa, tengah membaca membaca buku.
"Gue nggak mau duduk sama dia lagi dan masalah Ajeng tadi malam udah gue chat, lagian otak loe juga lumayan. Kenapa gak ngajarin gue aja?"
"Ya masalahnya karena gue gak mau ngajarin loe makanya gue suruh loe duduk sama Tasha lagi. Lagian loe juga kan yang nolakĀ buat duduk sama gue waktu awal masuk sini." Arzyl mengingat lagi lalu menggeleng heran lalu menyentuh rambut pirang Risa.
"Udah deh, dulu sama sekarang beda."
Risa terkejut dengan pernyataan Arzyl, "Emang sekarang loe jadi siapa? Sekarang atau dulu gak ada bedanya. Namanya bad ya tetap bad."
"Ck ck ck, loe lupa ingatan apa gimana? Gue dulu tuh masih polos. Beda sama sekarang." Arzyl mengibaskan rambutnya gerah.
"Ketika loe liat penampilan gue yang makin-makin ini seharusnya tanpa banyak bacot gini loe udah tau." Mengangkat rambut menjadi satu lalu mengikatnya asal. Risa menelisik warna Arzyl yang dari coklat berubah ungu itu. Dan jangan lupakan seragam Arzyl yang mengecil.