"...semua itu gue gak peduli."
-Kevin Ananda-
...
Arzyl keluar dari ruang BK dengan wajah yang begitu bingung namun di sisi lain ia juga menahan kesal atas setiap ucapan Kevin. Entah itu minggu lalu, entah itu tadi di lapangan atau hanya sekadar tahu bahwa Kevin juga ada di kelas tambahan. Semua hal tentang Kevin cukup membuatnya kehilangan rasa yang pasti.
"Jangan pernah ganggu Tasha lagi." Bisik suara serak itu membuat Arzyl langsung menoleh dan hampir menabrak tubuh di hadapannya namun dengan cepat ia bergerak mundur.
Arzyl terkejut akan jarak yang begitu dekat dengan Kevin, mata mereka saling tatap. Bahkan cowok itu tidak sedikit pun memberi jarak. "Gue gak pernah ganggu Tasha." Arzyl berusaha mengucapkan setiap katanya agar tidak terdengar bergetar.
Kevin menatap tajam Arzyl sambil mendengus. Melihat itu Arzyl beralih langkah meninggalkan Kevin. Namun begitu selangkah Kevin menahan pergelangan tangannya. Arzyl memejamkan mata kala nafas Kevin berada pada telinganya.
"Untuk apapun yang akan loe jelaskan, apapun yang akan loe utarakan. Semua itu gue gak peduli." Kevin menghempaskan tangan Arzyl.
"Nanti gue kasih apa yang dititipin sama Bu Tika dan gue harap kali ini loe lebih ngerti cara menempatkan diri dan loe lebih bisa pegang ucapan loe. Jangan ulangi ketidaktanggungjawaban loe dulu."
Setelah Kevin benar-benar pergi dari sekitarnya, barulah Arzyl menghela nafas. Kevin adalah satu-satunya orang yang ia hindari di sekolah.
Pilihannya bersekolah di sini untuk menyelesaikan yang seharusnya ia selesaikan dua tahun lalu, saat ia terpaksa pindah ke Australia melanjutkan kelas 9 di sana. Namun itu mundur kembali, karena orang yang ikut dalam penyelesaian bahkan tidak menganggap Arzyl selayaknya Arzyl menganggapnya.
Semua telah berbeda, sekali lagi Arzyl menghentakkan nafasnya kuat lalu ia beranjak kembali ke kelas. Jam di tangannya sudah menunjukkan jam akan pulang sekolah, yang artinya ia tidak akan pulang hingga kelas tambahan yang dimaksud selesai.
Arzyl menunggu di tempatnya bersama Risa yang sibuk menyalin sesuatu di bukunya. "Loe ngapain sih Ris?"
"Lah seharusnya gue yang tanya, kenapa loe gak pulang? Biasanya paling cepet kalo udah bel."
"Gue ikut kelas ini."
Risa menghentikan acara menulisnya lalu ia hentakkan bolpoin di meja cukup keras hingga sekitar murid tambahan yang sudah berkumpul sedikit teralihkan fokus.
"Sorry guys, kalian lanjut aja belajarnya." Ucap Risa tidak enak hati.