Gadis bermata abu-abu duduk di pinggir dermaga. Ia membawa boneka kura-kura yang sudah usang. Matanya berbinar setiap kali sebuah kapal penumpang bersandar. Jeli ia memperhatikan orang-orang yang turun. Hingga sampai pada penumpang terakhir.
Entah sudah kali ke berapa ia di sana. Setiap akhir bulan, kala senja melukis keindahan di langit sang pencipta, ia termangu sembari menulis bait-bait rindu. Gadis itu tak pernah bosan kembali lagi. Menunggu sosok laki-laki yang pernah mengaitkan jari.
Tak hanya dirinya, siapa pun pasti merasa lelah menunggu. Sebuah pekerjaan yang tak jelas akhirnya. Namun, harapan di hatinya terus terbit seperti mentari. Laki-laki itu berjanji akan kembali.