MENUNTUN CINTA

Aries Supriady
Chapter #3

BAB 3 MELIPAT DUKA

Apakah senyum masih bisa menghiasi bibirku, Saat khawatir siang nanti tak ada sesuatu yang bisa aku makan, aku masih menyusuri jalan sepanjang pasar untuk menjajakan peyek kering daganganku.

Walau per kantong hanya mendapat seribu rupiah namun itu telah membantuku untuk menyambung hidup ini. Entahlah, apakah masih ada tangis yang menghiasi mataku ketika teman sebaya jalan beriiringan bersama keluarganya tertawa lepas dan menikmati hidangan diatas meja dengan lahap, sedang aku cukup menonton saja dari sebrang jalan.

Mungkinkah ini rencana Tuhan. Betapa ku harus menghibur diri disetiap waktu menahan teriknya matahari dan udara pengap dari polusi dunia ini sedang peyek yang aku jajakan belum berpindah tangan. Tahu kah kau Malaikat baik itu telah membawa ayahku ke surga-NYA, dan belaian kasih ibu entah harus aku dapatkan dimana, ia sibuk dari pagi hingga pagi untuk sekedar memenuhi kebutuhan adik – adikku.

Walau raut wajah yang semakin semraut namun ibuku tak pernah mengeluh apalagi untuk mengemis untuk sesuap nasi. Baju dekil wajah kumal dan sandal jepit usang menjadi sahabat karib susuri lorong jalan yang tak berujung.

Mana berani aku injakkan kaki pada rumah makan, walau kerap kali bau rendang dan ayam goreng di gang sebrang toko banho menjadi musuh terbesar untuk perutku. Hahahaha kembali Berakhir menjadi ilusi semu dan kembali aku nikmati nasi putih di lumuri sambal dan sepotong tempe yang aku beli lima ribu rupiah di Warteg pinggir jalan sekitar Masjid Kaum. Aku tak pernah muluk – muluk ngin ini ingin itu makan ini makan itu Cukup bagiku kelak nanti aku menjadi manusia yang sukses mengangkat derajat orang tua ku dan mengirim adik-adik ku ke Pesantren untuk menimba ilmu.

SAJAK MELIPAT DUKA

Apakah senyum masih bisa menghiasi bibirku.

Saat khawatir siang nanti.

Tak ada sesuatu yang bisa aku makan.

Apakah masih ada tangis yang menghiasi mataku.

Lihat selengkapnya