Belum selesai pikiranku melayang bersama dengan para semut. Kembali makhluk Tuhan lainnya seakan berbisik lirih dekat sepuluh sentimeter dari telingaku. Ia rerumputan hijau, yah rumput. Kerapkali aku memandangi rerumputan hijau setiap kali aku menyusuri jalan menuju aktivitasku . Aku pikirkan keberadaannya sungguh mahluk Tuhan yang sangat istimewa, meski hanya tumbuhan namun memiliki banyak arti dan manfaat untuk kebutuhan manusia.
Kadang terjadi pertengkaran antara hati dan pikiranku tentang rerumputan itu. Kadangkala kita merasa benci padanya, karena dengan hadirnya mereka telah mengganggu ketentraman pemilik halaman rumah yang terlihat tak rapih. Maka di potonglah ia kemudian di buang begitu saja, dihempaskan seperti makhluk yang tak memiliki arti.
Opini kedua pun muncul, saat sebagian orang mencela dan membuangnya ada juga manusia yang sengaja mencarinya karena rerumputan itu sangat dibutuhkan oleh manusia tersebut bahkan setelah di potong ia perlakukan dengan sangat baik.
Entahlah itu memang fakta yang kerap kali terjadi dalam kehidupan sehari-hari manusia. Ternyata untuk menghidupi hewan piaraannya boleh disebut kerbau, kambing atau domba, manusia memerlukan rumput tersebut.
Dan inilah yang disebut, tak semata-mata Allah menciptakan sesuatu kalau tidak ada manfaatnya untuk makhluk hidup yang lain. Sama seperti kehidupan manusia yang bervariasi. Ada yang miskin ada yang kaya, ada yang cantik ada yang kurang cantik, ada yang tinggi ada yang kurang tinggi, semuanya diciptakan untuk saling melengkapi. Inilah celoteh Rumput.
CELOTEH RUMPUT
Seketika aku terdiam.