Setelah merasa puas dengan ceritaku, akhirnya Ardy berpamitan pulang dengan merasa puas. Dia mengatakan akan memberi tahu pada teman – teman yang lain tentang pernikahanku dengan Annisa. ini pasti akan menjadi cerita yang ramai.
Baik aku pernah berjanji untuk menceritakan kisah Ardy saat istrinya melahirkan putera ke tiga nya.
“ Mari kita simak.”
Sementara kita kesampingkan kisah cintaku bersama Anissa, karena itu belum selesai kawan.
Senja indah di langit Cicurug mengarungi romansa kehidupan seorang wanita solehah. 5 Mei 2019, Sesuatu yang mendebarkan telah terjadi, tak terbayangkan betapa Puji Astuti tak kuasa melewati semua peristiwa itu. Ini adalah, cerita yang akan memacu adrenalin emosi rasa dalam jiwa. Sudah ia tambatkan rasa itu untuk menarasikan apa yang menjadi pikiran nya. Ini adalah kisah cinta sejati yang tak akan dapat untuk di ingkari oleh para pecinta di alam jagat raya ini.
Malam itu bertepatan tanggal 4 Mei 2019, tepatnya malam minggu. Puji Astuti bersama suaminya Ardy (nama panggilan) sedang nama aslinya Aries Supriady harus menginap di Puskesmas Cicurug, ia harus menjalani observasi untuk proses melahirkan, namun sampai pagi hari tak ada perubahan. Puji Astuti belum merasakan mules untuk melahirkan. Ia mulai khawatir karena cairan mulai muncul tapi tak ada rasa untuk melahirkan.
Menjelang siang Puji Astuti mendapat panggilan dari bidan.
“Maaf Ibu, sepertinya kami harus merujuk ibu ke rumah sakit yang cukup besar dan memiliki peralatan yang lengkap untuk proses persalinan Ibu.”
“Ibu akan kami rujuk ke Rumah Sakit Sekar Wangi.”
“Kami akan menyiapkan semuanya.”
“Ibu tinggal bersiap – siap saja untuk dan bapak tolong persiapkan berkasnya.“
“Jangan banyak yang ibu pikirkan.“
“Ambulan dan semuanya telah disiapkan oleh kami dari Puskesmas Cicurug.“
“Semuanya ditanggung oleh BPJS.”
Puji pun begitu lega mendengar semua yang disampaikan oleh pihak puskesmas Cicurug. Pelayanan yang bagus dan para perawat dan bidan yang sangat ramaj terhadap Pasien. Sungguh Apresiasi yang sangat besar dari kami.
“Ibu, terima kasih banyak atas semuanya.“
“ Maaf kami sangat merepotkan ibu dan pihak puskesmas.“
“Tidak apa – apa ibu, ini sudah menjadi kewajiban dan tugas kami, untu melayani masyarakat dengan sebaik mungkin."
Pukul 11.00 siang tepatnya , kami berangkat dengan ambulance ke Rumah sakit Sekarwangi Cibadak Sukabumi. Ada hal yang tak terduga, mulai dari keluar ambulan dari Puskesmas Cicurug, Cicurug dikenal dengan macetnya disepanjang pasar Cicurug.
Sampai pada pertigaan Cidahu, bertambah lagi satu pengendara motor melaju dengan membantu ambulance yang kita naiki untuk pemandu jalan. Entahlah siapa mereka, kami pun tidak mengenal mereka. Sampai pada ParungKuda turun hujan dengan lebatnya. Tetapi tak menyurutkan mereka untuk berhenti memandu jalan.
Sampailah pada pertigaan Cikidang, Dua pengendara itu berhenti, tapi anehnya muncul lagi dua pengendara motor yang berbeda memandu kita, dengan hujan yang sangat deras, tanpa mantel dan jas hujan mereka tetap memandu, hingga kita sampai di RSUD Sekarwangi Cibadak.
Pak supir ambulance mengucapkan terima kasih, dan mereka pun pergi berlalu. Waw, kami sangat terharu dengan kejadian itu, ternyata didunia ini masih banyak orang – orang baik disekitar kita.
Siang itu, mereka hanya berdua, Ia bersama suaminya menuju UGD untuk pendaftaran dan tindak lanjut, selesai sudah kami mengurus pendaftaran dan lain – lain. Ia pun kini berada diruang khusus yang ditemani oleh dokter para bidan dan perawat.
Puji Astuti memasuki ruangan pemeriksaan, namun suaminya tak menemani karena ia harus registrasi untuk rawat inap, karna tak mungkin jua kita untuk kembali kerumah. Setengah jam lamanya aku berada dalam ruang perawatan, entah apa yang di obrolkan Ia lihat suaminy sudah berada didalam ruangan dokter.
“Umi, yang kuat yah.”
“Memang kenapa Abi, kok bilang seperti itu sih.“
“Engga Umi, kata dokter, umi harus menjalani operasi sesar.“
Betapa kagetnya Puji, ia belum pernah mengalami hal ini sebelumnya, setiap kelahiran putra – putrinya selalu dengan cara yang normal. Sungguh Ia merasa takut mendengar operasi sesar.
“Abi kok bisa sih.“
“Iya Umi, kata dokter ketuban umi dah habis dan kering, jadi harus segera di operasi.“
“Insya Allah, tak apa – apa kok Umi.“
“Nanti Ba’da magrib, operasi sesarnya“
“ Yang kuat dan sabar yah Umi.“
Waktu operasipun tiba, Puji Astuti bersama suami, mulai memasuki ruang operasi.
“Assalamu’alaikum Ibu.“
“Sudah siap yah bu, mari ibu kita bersiap–siap.”
“Loh, ibu hanya berdua saja.”
“Iya bu dokter, soalnya yang dirumah harus jaga kedua anak saya.“
“Bapak, harus siap juga yah, banyak yang harus disiapkan, dari mulai pakaian bayi nya, berkas data, dan lain –lain."
“Sungguh kasihan suamiku, harus bulak–balik, padahal kakinya masih sakit paska kecelakaan seminggu yang lalu.”
“Ujar Puji Astuti.”
Puji astuti mulai memasuki ruangan, yang sungguh dingin, entah rasanya bagaimana, setelah dilakukan Ia antara sadar dan tak sadar.Operasi sesar pun dimulai. Dalam hatinya tak henti – hentinya ia berdoa, agar anaknya selamat dan sehat, karena kehamilan nya ini baru berusia tujuh bulan dan dalam katagori prematur.
Operasi pun selesai, dalam hatinya ia berkata, senyap–senyap aku mendengar suara bayi menangis, Yaa Allah, mungkinkah itu bayiku Yaa Allah, semoga ia beri keselamatan dan kesehatan. Perawat bergegas membawa bayinya untuk segera di observasi, dan terdengar pula suaminya berbicara dan menuju ruang perawatan bayi. Sedangkan ia sendiri, hanya dengan ditemani perawat.
“Abi dimanakah kau Abi.“
“Aku harus segera dipindahkan diruang perawatan.“
“Dimanakah engkau Abi.“
Puji Astuti Ingin mencari suaminya, tapi apalah daya. Ia menunggu suaminya, sudah setengah jam suaminya pergi, namun belum kembali. Puji Astuti pun dipindahkan keruang Cut Nyak Dien, namun suaminya belum datang pula. Di tengah perjalanan. tiba – tiba seseorang menyapa.
“Ji, dah lahir anaknya?“
“Pak Aries dimana Ji ?"
Ternyata itu pak Yusup guru nya, sekaligus teman dari suaminya.