Pernikahanku dengan Annisa telah menginjak waktu tahun kedua. Suka dan duka telah kami lalui bersama, bersama merenda hari – hari menapaki duka pahit perjalanan cinta kita berdua. Namun kebahagiaan kami belum lengkap rasanya, karena kami belum dikaruniai buah hati dari pernikahan kami.
Kami menjalani hari – hari dengan kebahagiaan yang tak kurang sedikit pun. Walau kadang kami merasa iri dengan tetangga yang telah memiliki buah hati, jalan – jalan disore hari kadang berangkat makan bersama dengan keluarganya.
Aku tetap berprasangka baik selalu berusaha bersyukur, mungkin memang belum waktunya untuk kami memiliki buah hati.
Malam ini aku bersama Annisa duduk bersama di ruang keluarga dengan menonton acara televisi, tak lupa makanan ringan pun menyertai kami.
“Sayang, pernikahan kita tak terasa yah sudah menginjak tahun kedua?”
Aku memulai pembecaraan dengan istriku.
"Iya, yah abi, secepat ini waktu telah berlalu.“
“Terima kasih abi , kau telah mencintaiku dengan sangat istimewa selama ini.“
“Betapa aku menjadi wanita yang sangat beruntung memiliki suami sepertimu abi.”
Istriku menjawab dengan penuh haru nya.
“Ah, Aku jadi malu nih, kamu bisa saja sayang memuji aku.“
“Jangan berlebihan ah sayang , hehehe.“
Aku sungguh tersipu malu atas pujian Annisa terhadapku.