Sepulang dari masjid, Annisa sudah berdiri di depan pintu dan menyambutku dengan mencium telapak tanganku, di tariknya aku masuk rumah dan Alhamdulillah di meja ruang tamu sudah tersedia nasi goring dan segelas kopi hitam kesukaanku.
“Abi maafin Nisa yah Bi semalam.”
“Nisa marah dan kesal ke Abi."
Kali ini aku dibuat takjub kembali oleh Istriku, harusnya aku yang meminta maaf, tapi malah dia yang meminta maaf.
“Sayang harusnya aku, yang bicara seperti ini.”
"Aku yang membuat kamu nangis, sedih dan sakit hati.”
“Terima kasih sayang, kamu telah banyak mengajarkan aku tentang arti kehidupan ini, yang tak cukup aku pelajari lewat teori saja.”
“Ehmmm, ayo kita siap – siap“