Tiga hari sudah aku berada di kampong halaman istriku, sungguh cepat waktu berlalu tanpa terasa. Aku sangat menikmati liburan ini, disamping untuk refresing setelah begitu penatnya dengan pekerjaanku, namun yang paling utama adalah kebahagiaan Annisa Istriku.
Begitu bahagia nya keluarga Nisa, mungkin sudah lama mereka tak berkumpul dan saling bercengkrama. Aku sangat merasakan itu semua. Semoga sepulang dari sini segala permasalahan dan kepenatan kerja hilang semua, berganti dengan suasana yang fresh.
“Nak Arman.“
“Nak Arman, kemari nak, cepat nak Arman.“
Terdengar suara ibu mertuaku memanggil–manggil aku, entahlah ada apa tapi sepertinya ada sesuatu yang terjadi.
“Iya Bu, segara saya ke sana.“
“Ada Apa bu?”
“Annisa Nak Arman, itu kepalanya pusing.”
“Mau pingsan katanya.“
“Lemas juga, mungkin ia kelelahan nak Arman.“
“Baiknya di bawa ke dokter saja.“
Ibu mertuaku memberi saran agar aku segera membawa Annisa kerumah sakit, untuk mendapatkan pemeriksaan.
“Baik Bu.“
“Kita lakukan pertolongan pertama dulu."
Aku bergegas membawa Annisa ke kamar, kemudian aku oleskan minya kayu putih pada keningnya , seraya aku pijat–pijat agar cepat sadarkan diri.
“Sayang–sayang ayo bangun sayang."
“kamu kenapa sayang.“
“kok bisa tiba – tiba pingsan sih sayang.”