Gery menunggu Raflesia di depan kos gadis tersebut, ia duduk di atas motor. berusaha mengabaikan tatapan Mahasiswi yang sesekali melirik ke arahnya. Gery memiliki wajah yang sempurna, hidung mancung, kulit putih dan rambut hitam bak iklan shampo. Bukan hanya itu. Gery salah satu incaran para kaum wanita karena pintar dan rajin mengikuti kegiatan kampus. Salah satunya Organisasi Kesenian. Tak jarang, di atas meja selalu terdapat se ikat bunga, coklat. Lagi-lagi semua pemberian dari penganggum rahasianya ia berikan ke teman terdekat. Salah satunya Raflesia selalu kebagian.
Gery mendesah berat. cewek kalau siap-siap kenapa selalu memakan waktu begitu lama? Padahal Raflesia tidak menggunakan make-up, hanya bedak yang terpoles pada wajahnya. Ia lirik jam pada ponsel semakin bergerak maju.
‘’udah lama nunggu?’’ tanya Raflesia sambal menutup pagar setinggi pinggang, lalu ia taruh kunci pintu ke dalam tas.
‘’dua puluh empat jam gue nunggu lo.’’
‘’lama juga ya, selamat! lo gue terima jadi satpam kos-kosan!
Gery tertawa kecil. ‘’kirain, selamat lo gue terima jadi pacar.’’
Raflesia diam, tidak menyangka yang Gery katakan barusan. Kemudian Raflesia berusaha biasa saja. ‘’HAHAHA LUCU BANGET!’’ cadanya tertawa dibuat-buat. ‘’ yuk ke kampus!’ kemudian menaiki motor Gery, duduk di belakang. Selama perjalanan, mereka ber dua membahas semua hal. Dari yang bisa dibilang nggak ada manfaatnya, seperti memperdebatkan bagimana rasanya ketika cicak memutuskan ekornya.
Raflesia menggelengkan kepala, merasa bahwa ucapannya lebih masuk akal daripada pria yang sedang mengendarai motor. ‘’lo nggak tahu, sih! Rasanya diputusin sepihak nggak enak! Masa cicak seenaknya mutusin ekor gara-gara dikejar musuh!’’
Gery mendengus pelan. ‘’kenapa disangkut pautkan sama perasaan, sih! Suka-suka cicak, dong.’’ Lalu menekan tombol lampu sen kanan, membelokkan ke arah kampus.
‘’balik jam berapa?’’ tanyanya kemudian.
‘’jam delapan, kenapa emang?’’
‘’kalau udah selesai, chat gue aja.’’
‘’habis ini lo mau ke mana?’’ balasnya sambil melepaskan helm.