Raflesia menatap Pria tersebut sedang menghampiri pekerja lainnya sibuk menyelesaikan pekerjaan. Mata Raflesia menyipit, merasa bahwa pria yang Ragil hampiri terlihat tak asing. Satu menit…dua menit…dengan anggukan yakin bahwa yang Ragil hampiri adalah pria yang ia lihat di bawah jalan layang. Pria selalu bermain gitar sambil tertawa bebas bersama anak kecil. Tanpa takut salah orang, ia langsung menghampiri Zakra. ‘’eh!’’
Zakra dan Ragil menoleh secara bersamaan, baru saja mulut Ragil terbuka, ingin membalas ucapan Raflesia. Namun Zakra membalas terlebih dahulu, ‘’lo lagi, lo lagi!’’ jawabnya dengan nada malas.
Ragil menyenggol sikut tangan Zakra. ‘’sama cewek nggak boleh jutek, entar suka baru tahu rasa!’’
‘’nggak akan!’’ seru Zakra penuh penekanan.
‘’gue juga nggak mau sama cowok jutek,’’ tempal Raflesia berdecak kecil.
Karena enggan membalas ucapan Raflesia. Zakra memilih untuk pergi. Namun, pergelangan tangannya dipegang oleh Ragil membuat Zakra menatap temannya dengan tatapan tidak suka.‘’apaan?’’
‘’lo cuci motor ni cewek, biar gue aja yang lanjutin pekerjaan lo.’’
‘’nggak,’’ umpat Zakra tidak terima.
Dengan senyuman jahil, Ragil tersenyum lebar. ‘’Mbak, Motor Mbak dicuci sama teman saya, ya?’’
‘’apa, sih?! Gue nggak mau!’’ seru Zakra kembali.
Ragil menepuk pundak Zakra. ‘’lo jadi pusat perhatian, tuh! Nurut aja udah!’’
Zakra menyadari bahwa ucapannya cukup keras, ia melihat sekitar, kemudian membenarkan ucapan Ragil bahwa kini dirinya ditatap pelanggan. Zakra mendesah berat. ‘’hmm,’’ balasnya terpaksa. Udah sok kenal, bikin emosi, ngeselin. Dan terhitung hari ini, Zakra menyakini diri sendiri bahwa hidupnya akan selalu terusik ketika bertemu dengan wanita yang sama sekali tidak ingin ia tahu siapa nama wanita tersebut. Ia pejamkan mata sejenak, dengan terpaksa Zakra ayunkan kaki ke depan, menuju motor Raflesia yang terparkir.
Sambal menunggu motor. sesekali Raflesia membuka Instagram. Melihat postingan akun receh membuat sudut bibirnya ketarik secara otomatis. Tiga puluh menit telah berlalu, motornya kini enak dilihat daripada sebelumnya. Dengan tatapan lebih datar, Zakra menghampiri gadis itu. ‘’udah selesai!’’
Raflesia menaruh ponsel ke dalam saku celana sebelah kiri. ‘’biasa aja dong! Galak banget!’’ kemudian mengambil uang di saku sebelah kanan. Tangan kanan berusaha mencari uang tersebut. Zakra melihat tingkah Raflesia ada yang tidak beres, ia pun bertanya, ‘’bayar!’’
‘’sebentar,’’ balasnya sambil mencari uang di saku sebelah kiri. ‘’tadi gue bawa uang, tapi kenapa sekarang nggak ada.’’