Menutup Diri

Rida nurtias
Chapter #13

12. Pertanyaan rasa

 

Zakra terdiam, Fle? Apa, benar? Dirinya sedang menunggu Fle? Dua detik kemudian Zakra tersenyum sinis. ‘’buat apa gue nunggu dia?’’

‘’lo nggak nydara, yang bikin lo gelisah karena itu cewek nggak datang ke sini seperti biasanya, kan?’’

Diam- diam Zakra membenarkan ucapan Ragil. Ia terlalu gengsi untuk mengakui hal itu, bukan karena tidak menyadari.

Diamnya Zakra membuat Ragil membenarkan ucapannya, ‘’benar berarti, lo terlalu nyaman sama kesendirian lo itu. Jadi nggak sadar apa yang lo rasakan kesekian lamanya menghilang dan sekarang lo bisa merasakan hal itu lagi.’’ Ragil menepuk pundak Zakra. ‘’lo harus bisa keluar dari zona nyaman lo.’’

‘’nggak jelas, lo!’’ seru Zakra menyela perkataan Ragil. ‘’siapa juga yang lagi nungguin dia!’’ ujarnya kembali lalu masuk ke belakang bengkel.

Ragil hanya bisa terkekeh geli, melihat temannya selalu menyela perasannya sendiri. Suatu saat pasti Zakra menyadari bahwa secara perlahan dirinya mengerti tentang perasaanya sendiri. Tatapannya beralih ke arah jalanan, menyadari bahwa Raflesia hari ini tidak kemari.

 

Hari semakin gelap, ruko-ruko sudah tutup. Udara malam mengusik kesunyian. pria dengan wajah sedingin es menikmati angin malam menyelimuti tubuhnya yang hanya terbalut kaos. Ia tatap awan hitam, mencari keberadaan bulan. Sudut bibirnya ketarik hingga membentuk senyuman. Zakra memilih untuk menghistirahatkan tenaganya di kursi depan warung. Ia bukan ingin membeli minuman atau makanan. Zakra hanya ingin duduk saja. sambil menikmati sebatang rokok yang ia dapatkan dari Ragil sebelum pulang. Ia mendesah pelan, lupa membawa korek. Dengan sopan ia menghampiri penjual warung. ‘’maaf, Bu. Boleh minjam korek gas?’’ tanyanya melirik korek gas digantung menggunakan tali rafia.

Ibu-ibu menggunakan daster tersenyum ramah. ‘’silakan, Mas.’’Tak lupa Zakra mengucapkan terima kasih.

Selesai menghabiskan satu batang rokok, Zakra melanjutkan perjalanannya. Bukan langsung ke kontrakan Ragil, namun ia mampir ke tempat biasa. Apa lagi selain bawah jalan layang? Hanya itu satu-satunya tempat bagaikan rumah bagi pria itu.

 

Raflesia merentangkan tangan, pandangan belum jelas karena habis bangun tidur. Sebelum mengubah posisi menjadi duduk, ia mengambil ponsel yang tak jauh dari jangkauan. Raflesia menertawakan diri sendiri, entah karena kecapean atau memang tidur adalah kesukaannya membuat ia tidak ingat waktu. Saat ini jam menunjukan pukul sembilan malam. Raflesia merasa lapar. Sebab, setelah pulang dari kampus langsung tidur daripada memikirkan yang tidak-tidak, kan?

Setelah membersihkan badan, gadis menggunakan pakaian rumah dan celana training mengambil satu lembar uang warna hijau. Biasanya jam segini hanya tukang nasi goreng yang masih tersisa.

Raflesia keluarkan motor dari depan halaman kos-kosan, suara dari arah kanan membuat ia menolehkan kepala. ‘’Fle, mau keluar?’’ tanya gadis itu, salah satu penghuni kos-kosan Raflesia tempati.

‘’iya, Mbak. Aku mau beli makan.’’

Lihat selengkapnya