Menutup Diri

Rida nurtias
Chapter #16

15. Penyesalan

Zakra menunggu apa yang mereka ingin katakan selanjutnya, walaupun rasa kecewa hingga saat ini belum tersembuhkan. namun tidak ada salahnya mendengarkan penjelasan dari mereka. Seberapapun rasa kesal dan saki hati namun hati Zakra tidak sejahat itu. Ia mendesah berat sambil menatap ke arah mereka secara bergantian.

Mereka teman gua. tapi karena mereka. hingga saat ini luka gue belum sembuh juga.

Egra melihat ekspresi Zakra ikut ter diam. Ia tidak tahu harus melakukan apa, sebab dirinya pun mengakui bahwa ia tidak pantas disebut teman. Dan bila Zakra memaafkan, Egra benar-benar sangat menyesal telah menyia-nyiakan teman sebaik Zakra.

Setelah beberapa menit terdiam, Zakra mendengus pelan. ‘’tujuh menit dari sekarang,’’ jelasnya tegas.

Fery menatap Yudha. Sedangkan Tafli, Zio dan Egra hanya bisa diam, menunggu keselanjutanya apa yang akan terjadi.

‘’enam,’’ seru Zakra menghitung mundur.

‘’okay, kita minta maaf. Kita tahu nggak seharusnya kita ninggalin lo di saat lo benar-benar terpuruk. Kita hanya takut terlibat sama masalah lo. Maaf, Zak,’’ jelas Yudha diikuti anggukan kepala dengan yang lainnya. Membenarkan ucapan Yudha.

‘’Gini, ya. Kalian tahu kan gue orangnya kaya gimana? Sekali kecewa, gue sangat sulit menerima kehadiran orang lain yang udah bikin gue sakit hati.’’ Zakra menjeda beberapa saat.

‘’nggak usah minta maaf, karena gue udah maafin kalian. Tapi kisah kita benar-benar telah berakhir, luka gue belum kering. Kata maaf bagi gue nggak ada apa-apanya, semua orang bisa bilang maaf. Dan setiap kali gue teringat apa yang kalian lakukan, luka gue semakin bertambah. Kalian selalu jadi teman gue, hanya kisah kita tidak bisa selalu sama. Maaf ya, kalau gue ada salah,’’ lalu Zakra tersenyum. Namun, kali ini senyuman yang berbeda. Bahkan Yudha, Tafli, Fery, Zio dan Egra tertegun. Mereka baru pertama kalinya melihat senyuman Zakra terlihat sangat tulus.

 

####

 

Ragil menepuk pundak pria yang sedang menunduk, melihat batu krikil dengan pandangan kosong. Membuat sang pemilik bahu sedikit terkejut karena kehadirannya. ‘’pantesan gue cariin di bengkel, lo nya nggak ada,’’ ujar Ragil menempelkan bokongnya di samping Zakra.

Pria tersebut memutuskan tidak masuk kerja karena pikirannya saat ini sedang bercabang dimulai dari kehidupannya selalu terbayang masa lalu ditambah bertemu dengan temannya. Zakra tersenyum tipis, sekarang pun ia tidak tahu apa mereka pantas di sebut teman?

Ragil kembali menepuk pundak Zakra karena temannya itu menghiraukan pertanyaannya. ‘’ada yang ganggu pikiran, lo?’’ dengan suara hati-hati sebab ia mengerti bahwa Zakra tidak suka orang lain ikut campur walaupun hanya sebatas tanya.

Zakra menimbang-nimbang. Entahlah, semenjak teman yang selama ini ia percaya ternyata tak sebaik yang ia kira, membuat dirinya menjadi seperti ini. Memilih untuk menutup diri daripada memiliki teman. Ragil bisa menebak dari sorot mata Zakra penuh dengan keraguan, ia melanjutkan ucapannya kembali, ‘’gue nggak maksa lo buat cerita yang ganggu pikiran lo. Dan gue selalu siap ketika lo butuh bahu.’’

Lihat selengkapnya