Raflesia mengayunkan kakinya ke depan. Tanpa adanya rasa semangat ia membuka pagar kos-kosan kemudian memasukan kunci ke lubang pintu. Dengan satu putaran kunci dan dorongan pelan, pintu pun terbuka. Raflesia meletakan sepatu ke sembarang tempat kemudian beralih ke tas ia letakan di atas lantai. Awalnya ia ingin pergi ke suatu tempat. Namun karena motor tua nya tidak mau menyala. Membuat Raflesia membatalkan yang telah ia rencanakan. Memilih kembali ke kosan.
Kini, Gadis itu sibuk dengan layer ponsel. Mencoba mencari informasi perihal apa yang dialaminya saat ini sangat menganggu, melebihi ketika masa lalu tiba-tiba kembali tergiang di dalam pikiran.
Berbagai artikel ia baca satu per satu. Menyamakan apa yang ia rasakan dengan tulisan pada artikel sedang Raflesia baca. Kedua bola mata bergerak ke kanan dan kiri, membaca secara teliti. Sesekali mendesah pelan. Lalu menyenderkan kepala ke dinding. Raflesia memegang perutnya. Suara ciri khas orang lapar membuat ia menggurutu bahwa sejak pagi belum sarapan. Sekarang sudah jam sebelas siang. Sebelum membeli makanan, Raflesia menyambungkan kabel data ke ponsel miliknya.
Pengunjung warteg tidak terlalu ramai, sehingga Raflesia tak perlu menunggu berlama-lama. Setelah memesan makanan ayam goreng, sayur nangka dan telor balado tak lupa membayar. Ia sengaja membeli banyak agar dirinya tidak perlu bolak-balik kemari. Selesai membeli makanan. Raflesia membuang napas secara kasar. Andaikan motonya bisa digunakan. Saat ini dirinya tidak perlu berjalan kaki yang jaraknya cukup jauh.
Zakra menghirup asap rokok hingga masuk ke dalam tenggorokan. Kemudian menghembuskan ke udara. Pandangan Zakra terhenti pada satu objek. Tetapi, kenapa wajah perempuan itu terlihat tidak semangat? Membuat dirinya bertanya-tanya.
Lo kenapa?
Zakra cepat-cepat mematikan rokoknya baru saja ia nyalakan. Entah kenapa karena Raflesia beberapa hari ini tidak seperti biasanya ke bengkel kemudian menganggu dirinya ketika bekerja membuat Zakra merasa ada yang kurang. Ditambah melihat tatapan kosong gadis itu membuat rasa khawatiran semakin meningkat.
Dengan langkahan kaki sepelan mungkin, berusaha agar tidak ketahuan dengan cara jaga jarak. Zakra menertawakan dirinya sendiri. Baru pertama kali ia mengikuti seorang baru ia kenal. Raflesia berhenti secara mendadak, membuat Zakra lansung bersembunyi di balik pohon. Napasnya seketika tertahan, takut bila dirinya ketahuan oleh Raflesia. Tiga detik kemudian ia bernapas lega. Ternyata Raflesia hanya mengikat tali sepatu yang terlepas kemudian mengayunkan kakinya kembali.
Zakra membiarkan Raflesia masuk terlebih dahulu. Lima belas menit berlalu. Ia langsung membuka pagar sebagai penghalang lalu mengetuk pintu, berusaha menetralkan detakan jantung semakin tidak karuan. Zakra mengetuk sebanyak tiga kali hingga pintu terbuka.
Raflesia terkejut melihat kehadiran Zakra secara tiba-tiba. ‘’ngapain ke sini?’’
‘’minta minum,’’ balas Zakra tanpa memikirkan kalimat. Ia menggerutu di dalam hati. Dirinya merasa bodoh. Buat apa jauh-jauh hanya untuk minta minum?
‘’hah?’’
‘’hah-hah mulu, gue haus.’’