Menutup Diri

Rida nurtias
Chapter #24

23. Tak ada lagi jarak

‘’ada acara kampus mungkin. Lo udah chat dia belum?’’

Zakra terdiam. Jangankan chat. Tukeran nomer aja belum. Ia terkekeh geli, menertawai diri sendiri. Ragil melihat temannya tiba-tiba nyengir. Ia langsung mengidik ngeri. ‘’lo kenapa? Bikin gue takut serius!’’ Ragil mengubah duduk menjadi jaga jarak.

‘’gue sama Fle belum tukeran nomer.’’

Ragil tercengang. ‘’demi apa?!’’ Ragil tidak tahu lagi jalan pikiran Zakra seperti apa. Sulit dipahami seperti ngadepin cewek lagi ngambek.

Zakra mengangguk. ‘’gue nggak tahu caranya minta nomer. Lagian itu cewek juga nggak minta nomer gue,’’ balasnya membela diri sendiri.

Bila ada kamera seperti ada di acara TV pada zamannya. Saat ini juga Ragil melambaikan tangan. ‘’ya masa cewek duluan yang minta? Lo, tahu? Ego cewek tuh tinggi, bilangnya nggak mau padahal mau.’’

‘’sebentar, kok lo malah curhat?’’

'’gue lagi ngasih tahu lo bukan curhat!!!’’ Ragil berdecak sebal. Ngehadepin sikap Zakra sungguh melelahkan. 

Dan sudah dua hari Raflesia di rawat. Besok pagi baru diizinkan pulang. Raflesia mulai bosan. Kegiatannya hanya makan, tidur, main ponsel dan nonton TV. Hari ini Gery tidak datang karena ada jam kuliah. sehingga ia sendirian di sini. Karena tidak tahu melakukan apa. Pilihan satu-satunya membuka sosial media dan hanya sosial media menjadi teman bila jiwa merasa sepi, seperti saat ini.

Jarum jam berpindah ke angka dua siang. Setengah jam yang lalu Raflesia sudah minum obat tapi kenapa rasa ngantuk tak kunjung datang?

Pintu kamar terbuka. Gery masuk sambil menenteng tote bag berada di tangan kanan. ‘’udah makan lo?!’’

‘’lo tanya apa lagi marah, sih?’’

Gery mendesah pelan. Hanya dengan cara ini ia berusaha membuang rasa yang tak kunjung pergi. Sekeras apapun hati dan pikiran agar tidak peduli namun gagal. Perasaannya masih sama…masih mencintai Raflesia. Awalnya dirinya menahan diri agar tidak kemari dan hatinya menarik secara paksa bahwa ia harus ke sini.

Ia mengalihkan pembicaraan. ‘’gue beli buah-buahan,’’ lalu meletakan berbagai buahan seperti pisang, apel, jeruk dan anggur. 

’’Thanks,’’ kata Raflesia kemudian.

Lihat selengkapnya