Di terminal 1 Bandar udara Soekarno Hatta, Hendrawan tampak duduk di area penjemputan penumpang, sedang menunggu mobil penjemput datang. Kemudian sesorang mendekatinya, "Aku rindu dengan suasana dan cuaca ini bung, mengingatkanku akan ingatan masa kecilku di kota Surabaya," ujar Habibi. Suasana terik kota Jakarta yang sangat kental akan kemacetan dan juga polusi udara membuat mereka merasa mengingat masa kecil mereka di kota metropolitan ke 2 terbesar tersebut.
"Ya kau benar, suasana dan bau suram," tanggap Hendrawan.
"Hey sinis amat men, dibawa santai ajalah mentang mentang habis menjelajah dunia, nih minum," Habibi terlihat membawa minuman dingin bersama snack roti yang biasa dijual di bandara.
"5 menit lagi mobil kita sampai, kita mampir dulu ke pom bensin terdekat untuk berganti pakaian," jelas Hendrawan.
"Ngapain bukanya kita langsung menuju ke gedung kementerian?" tanya Habibi.
"Ya kita juga butuh pakaian yang pantas untuk bertemu beliau," balas Hendrawan, "Dan tolong siapkan juga dokumen yang diperlukan."
Habibi mengangguk, "Oke bos."
Tak lama kemudian mobil putih mendatangi mereka pickup area bandara "Atas nama Bapak Hendrawan?" terlihat seseorang turun dan menghampiri mereka berdua,
"Ya pak, itu kami," jawab Habibi.
"Mari pak saya bantu," tawar supir mobil yang menjemput, untuk membawakan barang barang mereka. Di mobil terlihat mereka berdua membuka dokumen dokumen yang akan dibawa kehadapan menteri pendidikan.
"Semua dokumen sudah siap, presentasi juga sudah siap, tinggal merapikan beberapa file dan juga anggaran pelaksanaan," jelas Habibi.
"Oke, semoga ini semua berjalan lancar bib," tanggap Hendrawan, sambil memutar bolpoin disela-sela jarinya. Hendrawan memang terbiasa memutar bolpoin ataupun menggigit jari jempolnya, itu menandakan bahwasanya dia sedang berpikir.
"Pak sudah sampai,apa barangnya langsung saya bawa ke hotel?" tanya supir tersebut.
"Ah, iya pak terima kasih ya pak Dono," jawab Hendrawan yang telah meilhat tanda pengenal pada supir tersebut. Memang Hendrawan dikenal ramah dan suka memanggil nama pada orang yang membantunya, meskipun dia baru mengenalnya. Dia juga dikenal dengan seorang yang unik, karena sering dipanggil dengan nama "Awan". Mereka berdua masuk menggunakan pakaian rapi berkemeja dan dibalut blazer berwarna hitam, dengan membawa tas koper, terlihat sangat meyakinkan berjalan menuju meja resepsionis.