Seorang siswa laki-laki terlihat kesal atas tindakan Mey, apalagi teriakan dari beberapa siswa membuatnya semakin marah. Kepalan di tangannya menggambarkan betapa emosionalnya ketika gadis yang ia cintai lebih memilih pria lain.
Suasana kembali mencekam terutama bangku paling belakang.
Arza yang teringat ucapan Bu Mayang membuatnya semakin membayangkan hal-hal kotor terhadap Arien.
'Huh apa? Mengapa aku... Tidak ... Tidak!'
Arza mencoba mengalihkan pandangannya kearah lain dan ini sudah yang ketiga kalinya ia melakukannya, tapi entah kenapa tatapannya secara otomatis kembali kearah bibir Arien.
'Tolong Arza,hentikan! Jangan lakukan ini. Please!!!'
Hormon testosteron yang terus memuncak dalam waktu yang lama membuat benjolan keras di celananya semakin jelas 'sial, sial, sial' gerutunya untuk kesekian kalinya.
Dengan segala cara, Arza berusaha mengendalikan nafsu hingga ia berulang kali mencubit kedua paha dengan sangat keras sambil memejamkan mata. 'Membayangkan hal-hal positif yang telah ia lakukan selama ini.' (Berharap rencananya berhasil.)
"Yes ... Berhasil." Jawabnya.
Namun, kejadian tak terduga kembali terlintas dibenaknya ketika Arin kecil sering menciuminya dan semakin berlanjut ketika video porno yang dia tonton kemarin sore terlihat jelas di otaknya dan menambah bebeberapa bumbu menjijikkan.
"Sial ..."
Arza langsung membuka matanya lebar-lebar dan saat itu pula nafsu yang semakin memuncak tak bisa ia kendalikan lagi. Tanpa rasa takut dan merasa bersalah, Arza mendekatkan wajah tampannya mengenai wajah Arien.
Arza mencoba membuka mulut dan memanyunkan bibir atasnya tak lupa ia bersiap memainkan lidahnya.
Semakin dekat bibir merahnya mengenai bibir saudarinya.
Inilah kisah remaja yang ia tunggu-tunggu Arza El Luis sejak lama.