Seketika Jimmi Dezui berteriak dengan keras. "Akkkhh ... Kenapa? Kenapa?" dua telapak tangan yang seharusnya ia gunakan untuk mematahkan tulang dan sel jaringan tiba-tiba saja tak bisa ia gunakan lagi, bahkan untuk mencekik leher Lusi sepertinya mustahil untuk dilakukan.
Air matanya terus jatuh menetes membasahi dikedua pipinya. "Kenapa aku tidak bisa melakukannya? Sial kau MAMA! Kenapa kau menghukumku seperti ini!" keluh Jimmi sambil mengacungkan jari telunjuk keatas.
Tubuhnya yang kuat dan tinggi seketika lemas tak berdaya, bahkan tak bisa lagi menopang keseimbangannya.
Dan dalam hitungan detik Jimmi jatuh tertelungkup mengenai ubin lantai yang telah rusak dan berdebu.
Lusi yang melihatnya , seakan merasa kasihan dengan nasib Jimmi Dezui. Gadis itu segera mendekatinya dan memberikan pelukan hangat.
Jimmi berbicara lirih. "Dia menghancurkan hidupku! " sambil mengarahkan tatapan kesedihan ke wajah Lusi.
"Kalau saja aku tidak membantunya saat itu! Mungkin hidupku tidak akan seburuk ini."
"Kakakmu Anya terus saja mengancamku dengan membeberkan file rekaman tentang siapa saja pelaku pembunuhan preman 3 bulan yang lalu!"