Universitas Sonut, 15 September 2000
Pukul 15.05, Kota Sonut
"Huh, menyebalkan!"
Yuta tampak frustrasi, wajahnya memerah karena amarah yang tak tertahankan. Tangannya berulang kali memukul meja kayu tua di hadapannya, sementara bibir tipisnya terus bergumam kasar, mencoba melampiaskan kekesalannya.
"Berengsek," umpatnya dengan nada rendah, tapi penuh emosi.
Di sisi lain ruangan, Dafal Aknots, seorang pria berkacamata dengan jaket hitam lusuh, hanya menggeleng pelan sambil memperhatikan tingkah konyol sahabatnya. Ia terlihat tenang, meskipun jelas terganggu oleh ledakan emosi Yuta.
"Oi, Yuta," panggil Dafal dengan nada datar, tapi cukup keras untuk memecah suasana. "Sepertinya tekanan darahmu terus meningkat." Ia menatap sahabatnya, kemudian menyeringai kecil. "Apa Bibi Desi sengaja menuangkan banyak garam di sarapanmu tadi pagi?"
Yuta yang sedang mendidih langsung mengarahkan tatapan tajamnya ke Dafal. Mata mereka bertemu sejenak, sebelum Yuta membalas dengan kata kasar, "Fuck!"
Dafal tertawa kecil, melipat tangan di dada.“Hahaha ... Sepertinya kau ini memang tipe yang tidak bisa diajak bercanda ya!” terkekeh sambil mengusap dagunya, mencoba mencairkan suasana.
Namun, tatapannya segera berubah serius. “Emm, apakah Tuan Putri Anya, masih saja mengganggumu?” tanyanya dengan nada penuh perhatian.
Yuta menghela napas panjang, tak menjawab langsung. Ekspresi murung yang ia tunjukkan sudah lebih dari cukup untuk memberi jawaban.
Melihat itu, Dafal merasa iba. Dalam hatinya, ia berpikir, ‘Ternyata memiliki wajah tampan seperti Yuta tak menjamin kebahagiaan. Malah, lebih sering membawa masalah.’
Senyum tipis terbentuk di wajahnya, namun bukan karena simpati, melainkan karena kebanggaan kecil yang tiba-tiba menyeruak. Ia mengeluarkan ponselnya, mengaktifkan kamera, dan memeriksa wajahnya sendiri di layar.
“Fuuuh ... Beruntung sekali aku punya wajah seperti ini!” gumamnya, nyaris terlalu bangga. Dafal memiringkan kepala sedikit, memeriksa sudut terbaik untuk fotonya sendiri. “Tidak ada Anya atau gadis obsesif lainnya yang akan menggangguku. Aku aman.”
“Hei, Dafal!” Yuta memotong dengan suara keras, matanya melotot penuh kesal.
Dafal tertawa kecil, memasukkan kembali ponselnya ke saku. “Baiklah, baiklah. Tapi aku serius, Bung. Apa yang sebenarnya Anya lakukan padamu kali ini?”
Di saat yang sama, suasana menjadi semakin ramai ketika segerombolan wanita, sebanyak tujuh orang, melangkah melewati pintu dengan percaya diri. Mereka mengenakan pakaian ketat dan balutan rok pendek, yang membuat penampilan mereka semakin mencolok. Langkah mereka penuh percaya diri, seolah sengaja diarahkan menuju Yuta, pria berkarisma yang menjadi pusat perhatian di ruangan itu.
Sebagian besar mahasiswi cantik itu tidak bisa menyembunyikan ketertarikan mereka pada Yuta. Senyuman manis dan lirikan menggoda terlihat jelas dari mereka, masing-masing berusaha keras untuk mencuri perhatian pria tampan tersebut.
Salah satu dari mereka, seorang gadis dengan rambut panjang yang diwarnai cokelat keemasan, melangkah lebih maju dan berkata dengan suara lembut namun penuh percaya diri, “Yuta, kau sungguh membuat suasana kampus ini lebih hidup.”
Yuta, yang awalnya tampak acuh, hanya menghela napas panjang. Ekspresinya tak berubah banyak, meski situasinya cukup membuat beberapa pria di sekitarnya menatap iri.
Dafal, yang menyaksikan adegan itu, hanya bisa menggeleng sambil menyilangkan tangan di dada. “Huh, aku hampir lupa kalau kau ini magnet manusia. Tidak heran Anya sampai tergila-gila padamu.”
.................................................................
D.Angels adalah sekelompok wanita yang memiliki banyak catatan merah di Universitas Sonut. Tak ada yang bisa di harapkan dari ketujuh wanita ini selain parasnya yang cantik dan perilakunya yang membuat repot banyak orang.
D.Angels adalah tujuh gadis cantik yang diketuai oleh Diandra Gretha
Dan enam rekannya :
•Alena Luis
•Nella Assyfa
•Giovani Tyass
•Lusi Rani
•Santi Melgi.
...............................................................
“Honey!!” sapa Diandra dengan nada menggoda.
(Gadis cantik dengan bibir merah menyala dengan santai berlarian dan duduk tepat di pangkuan Yuta)
“Aku merindukanmu!”
Gadis itu berulang kali mengusap bibir Yuta dengan jari telunjuknya dengan cukup manja. Terlihat ia dengan sengaja menonjolkan belahan dadanya yang besar berharap Yuta akan mengerti betapa seksinya tubuh Diandra Gretha.
Rambut pirang yang tergerai lurus serta tubuhnya yang kecil dan berisi membuat siapa pun akan jatuh hati kepada Diandra. Terlebih lagi saat ia mengenakan kaos putih tipis dengan memperlihatkan tonjolan besar di dadanya yang tertutup balutan bra berwarna pink cerah.
Gadis itu berharap Yuta akan tergoda dengan kemolekan tubuh dan besarnya payudara yang ia miliki.
“Cantik dan besar!” ucap Dafal dengan kekaguman.
Pria berkacamata yang sejak dulu menyukai Diandra semakin membayangkan jika ia bertukar posisi dengan sahabatnya itu. Dafal akan segera mencium bibir merahnya dan salah satu tangannya akan meremas benda padat yang sejak tadi menggoda dirinya.
“Yuta, apa kau tak merindukan aku?” Desah Diandra.