***
Seorang siswi SMA berseragam rapi dengan topi di kepalanya tengah berdiam diri diluar Gedung U. S.
Hanya bermodalkan ponsel lama dan dua lembar uang kertas gadis itu telah sampai menuju lokasi kekasihnya berada. Tak banyak yang tahu bagaimana Arien El Luis bisa sampai ke tempat seramai ini .
"Wow ... Gedung ini sangat besar!!"
Kedua mata merahnya nampak berbinar ketika baru melihat bangunan super luas nan megah di hadapannya.
Beberapa mahasiswi yang lalu lalang ditepian jalan nampak mencurigai kedatangan siswi SMA yang sejak tadi bergumam sendirian.
"Astaga! Apakah ini tempat yang sering kali Arza bicarakan kepadaku?" ucapnya dengan decak kagum.
Arin mengangkat bahu lalu meletakkan kedua tangannya di pinggang. "Arza! Tempat ini sangat keren."
Tak lama, seorang pria tua berseragam putih dengan kumis tebal berjalan mendekati Arien yang terlihat mencurikan.
Pak Deni bertanya."Sedang apa kau disini? "
"Cari Yuta pak! Yuta Reemar."
"Bapak mengenalnya? "
Mendengar jawaban dari gadis kecil ini membuat hati Pak Deni merasa terenyuh dengan nasib malangnya.
Rupa-rupanya ketampanan Yuta juga mempengaruhi perkembangan gadis kecil yang baru mengenal arti cinta.
Pak Deni sangat memaklumi jika para gadis cantik banyak tergila-gila dengan ketampanan Yuta Reemar.
Hanya saja, pria dewasa ini tak menyangka jika pancaran aura Yuta (23 tahun) bisa mempengaruhi perkembangan gadis di bawah umur.
(Dengan ekspresi datar Pak Deni seolah ingin memberitahukan Arien sesuatu)
"Nak, sebaiknya kau lupakan saja mahasiswa bernama Yuta itu!"
"Dia bukan orang yang tepat untukmu!"
Arien mendecakkan lidahnya. "Cih!!" Lalu berkata dengan dingin kearah Pak Deni.
"Tapi pak! Yuta kekasih saya."
Menggarukan kepala. "Astaga ... Anak ini!?"
Dengan rasa iba pria itu segera menunjukkan satu persatu mahasiswi yang juga mengaku-ngaku kekasih dari Yuta Reemar.
"Lihatlah disana!"
"Disana!"
"Dan di ujung jalan yang duduk sendirian!?"
"Mereka semua juga kekasih Yuta."
"Sudahlah nak! Hentikan berhalusinasimu itu."Pinta Pak Deni masih tak percaya.
"Tapi pak?" jawabku dengan kesal.
"Nak, dengarkan bapak baik-baik!"
" Kau ini masih sangat muda. Perjalananmu juga masih panjang... Sebaiknya belajarlah dengan tekun dan lupakan fantasi gila mu itu."
"T-tapi?"
Ketika Arien dan pak Deni tengah beragumen dengan jawaban masing-masing, sekelompok wanita (D.Angels) berjalan mendekati mereka berdua dengan penuh arogan.
"Ada apa ini?" ucap Diandra dengan nada acuh.
Pak Deni menundukan kepala lalu berkata dengan sopan kepada Diandra. "Itu nona ... "
Dengan bermodal tameng dari ayahnya, gadis yang kerap disapa Diandra telah banyak membuat hidup Pak Deni dan lainnya merasa kesusahan.
Pria itu akut jika mata pencahariannya ini akan terancam jika berurusan dengan D.Angels.
"Wah ... Wah... Ada cecunguk yang berani singgah ditempat kita ini." Menatap Arien dengan sangat sinis.
"Siapa yang kau sebut cecunguk?"
(Tiba-tiba pak Deni menarik tanganku dan menyuruh untuk segera pergi)
"Hei ... Hei ... Kalian berdua berbicarah dengan benar, jangan berbisik-bisik seperti itu!!" ucap Diandra dengan kesal.
Arien yang semakin tersulut emosi hanya bisa menghela napas panjang dan berusaha berkata dengan sopan menjelaskan maksud kedatangannya datang kemari.
Sayangnya, respon yang mereka berikan justru membuat Arien semakin marah seolah menghina ku.
Diandra dan kelima temannya tertawa terbahak-bahak seakan jawaban dari mulut Arien hanya sebuah lelucon.
Giovani berteriak dengan sangat keras. "Guys ... Guys... Ada anak SMA yang mengaku-ngaku kekasihnya Yuta nih!"
Mungkin karena ada hal menarik dan cukup lucu mereka yang semula tak memperhatikan kejahilan D-Angel segera berpaling lalu berkerumun untuk mendapatkan hiburan gratis.
Diandra berkata dengan nada mengejek. "Ja ... Ngan ... Mim ... Pi!"
(Aku yang tak terima dengan perkataannya, langsung menarik rambut Diandra dengan sangat kuat.)