MENYELAMATKANMU

Saya seani
Chapter #19

Chapter 16

Beberapa hari setelah kedatangannya, Sean El Karch—siswa manis dengan wajah menggemaskan dan tubuh yang tampak rapuh—mulai menunjukkan pesonanya yang aneh. Tidak ada yang bisa benar-benar memahami bagaimana ia bekerja, tetapi satu hal yang pasti: kehadirannya membawa perubahan yang mencurigakan.

Dengan fisik yang lemah dan senyum polos, Sean tampak seperti anak baik-baik yang tidak berbahaya. Namun, entah bagaimana, keanehan-keanehan kecil mulai terjadi di sekitar kami.

Yang pertama:

Anton, pria yang sejak lama menyimpan perasaan untuk Mey Lili, tiba-tiba berubah drastis. Tanpa alasan yang jelas, ia mulai menjauh dari Mey Lili dan berbalik menyukai Arien.

Arien!

Gadis bermata merah yang selama ini Anton benci setengah mati, kini justru menjadi pusat perhatiannya.

Mey Lili tentu saja kebingungan, sementara Arien merasa ada yang tidak beres. Bagaimana mungkin seseorang bisa berubah perasaan dalam sekejap?

Namun, satu hal yang mencurigakan...

Sehari sebelum perubahan itu terjadi, Anton dan Sean terlihat berbincang cukup lama di sudut sekolah.

Arien sempat melewati mereka saat itu, tapi ia tidak mendengar isi pembicaraan mereka. Yang ia ingat hannyalah ekspresi Anton yang awalnya tegang, lalu berangsur-angsur menjadi kosong... seolah pikirannya telah diubah.

Seolah ada sesuatu yang Sean tanamkan di kepalanya.

Sesuatu yang tidak terlihat, tapi perlahan mengubah segalanya.

Yang kedua:

Ghali, siswa yang terkenal pendiam dan tertutup, tiba-tiba saja menjadi lebih terbuka—tapi hanya kepada satu orang yaitu Sean.

Padahal, selama ini, Ghali tidak pernah terlihat akrab dengan siapa pun. Ia lebih suka menyendiri, menghabiskan waktu dengan buku atau hanya diam memperhatikan keadaan di sekitarnya tanpa banyak bicara.

Namun, sesuatu berubah.

Dalam beberapa hari terakhir, ia mulai sering terlihat bersama Sean. Yang lebih mencurigakan, Ghali tidak sekadar berbicara dengannya—ia bercerita.

Tentang kehidupannya.

Tentang keluarganya.

Tentang hal-hal yang bahkan Arien sendiri tidak tahu.

Seolah-olah Sean adalah sahabat lamanya yang telah ia percayai selama bertahun-tahun, padahal mereka baru mengenal beberapa hari.

Arien mengamati perubahan itu dengan penuh tanya.

Bagaimana mungkin seseorang seperti Ghali, yang biasanya begitu tertutup, bisa tiba-tiba begitu terbuka kepada orang yang baru ia kenal?

Apakah ini kebetulan?

Atau...

Apakah ini karena Sean?

Dan yang terakhir:

Sean, bersama dokter pribadinya, terlihat masuk ke dalam Universitas Sonut.

Itu bukan hal yang bisa dianggap sepele.

Universitas Sonut bukan tempat sembarangan. Hanya mereka yang benar-benar terdaftar sebagai mahasiswa yang boleh berada di dalamnya. Bahkan bagi tamu sekalipun, peraturan di sana sangat ketat—setiap orang luar harus melewati pemeriksaan ketat sebelum bisa masuk.

Tapi Sean?

Sean tidak terlihat seperti seseorang yang sedang meminta izin atau melewati pemeriksaan ketat.

Tidak ada petugas keamanan yang menahannya.

Tidak ada seorang pun yang mempermasalahkan kehadirannya.

Seolah-olah dia memiliki hak penuh untuk berada di sana.

“Mustahil…” gumamnya pelan.

Universitas Sonut memiliki reputasi yang eksklusif. Kampus itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang terpandang, keturunan elite, atau jenius sejati.

Dan bagi orang biasa?

Mereka hanya memiliki dua status di tempat itu—tidak dianggap, atau dianggap menjijikkan karena berani menginjakkan kaki di wilayah mereka.

Jadi, bagaimana mungkin Sean bisa masuk dengan begitu mudahnya?

Apa sebenarnya yang dia sembunyikan?

Siapa Sean El Karch sebenarnya?

Saat Arien masih larut dalam pikirannya, tiba-tiba Sean duduk di sampingnya.

Senyum khasnya masih terukir di wajahnya, tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda.

“Apa yang kau pikirkan?” tanyanya ringan.

Arien menoleh sekilas, lalu menggeleng. “Tidak ada,” jawabnya percaya diri.

Namun, senyum Sean perlahan memudar. Tatapannya berubah—tidak lagi sekadar ramah, melainkan lebih tajam, lebih dalam, seolah sedang menguliti semua kebohongan yang coba Arien sembunyikan.

“Kemarin, kau pergi ke mana saja dengan Yuta Reemar dan Antonio?” suaranya terdengar lebih rendah, hampir seperti bisikan.

Arien menegang.

Lihat selengkapnya