Rembulan tengah bertengger di angkasa . Ditemani beberapa pasukan bintang yang ikut menghias memperindah suasana malam. Para manusia mungkin mulai terlelap. Atau melelap dalam tumpukan kerja yang tak kunjung usai terlahap. Pun mungkin mereka bermain di atas arena. Memainkan game yang tiada habis candunya. Namun Zeya bukan salah satu di antara mereka. Di depan cermin ia sibuk memoleskan brush di atas wajahnya. Lipstik fuchsia menghias kelopak indah miliknya. Ya, dia adalah salah satu dari mereka yang menghabiskan malam dengan senang-senang, katanya. Klub malam.
Nada dering ponsel Zeya berbunyi. Ia mengalihkan mata dari pantulan wajah cantiknya di cermin menuju layar ponsel. Steffa tengah memanggilnya dari tempat yang berbeda. Jemari Zeya meraih ponsel dan menerima panggilan.
“Zey, lu dateng kan?” Zeya menyunggingkan senyum sinis mendengar pertanyaan Steffa yang terdengar konyol baginya.
“Emangnya gue pernah absen?”
“Iya deh, makanya lu cepetan ke sini! Gue sama Melod udah nunggu, nih.”
“Iyaaa gue mau jalan nih sekarang, bye!” Zeya menutup panggilan Steffa dan bergegas pergi. Suara tapak kaki Zeya di tangga berhasil membangunkan seseorang yang tengah terlelap di ruang tamu.
“Neng mau kemana? Udah malem, loh.” Bi Ida dengan mata setengah terbuka melihat Zeya yang nampak berburu pergi.
“Tempat biasa, udahlah BI Ida tidur aja!” jawab Zeya tanpa menghentikan kakinya atau bahkan melirik pada lawan bicara. Bi Ida tahu kemana Zeya akan pergi. Ia hafal betul kemana tempat yang Zeya kunjungi pada Sabtu malam begini. Tak ada gunanya mengahalang dan menghadang karena semuanya akan berujung sia-sia. Bi Ida mengerjap mata sebentar lantas memilih untuk menutup mata dan terlelap lagi.
“Arrgh! Kenapa bannya bocor, sih!” geram Zeya kala mendapati ban pada mobil sport merah yang akan digunakannya bocor. Zeya berjalan dengan perasaan kesal yang meluap menghampiri satpam di rumahnya.
“Pak, itu ban mobil gue kenapa bisa bocor, gue ga mau tahu pokoknya besok pagi harus udah beres!” nada amarah nampak terdengar dari alunan kata Zeya. Ia mendengus lalu pergi membuka pagar. Membiarkan sang satpam mengelus dada menghadapi sikap Zeya.
Suasana ramai dan lampu berkilap menyapa pandang Zeya. Sapaan beberapa orang menyapa. Zeya hanya membalasnya dengan seulai senyum tipis. Matanya mencari kedua sosok yang menunggu hadirnya.