Dua hati yang selalu bertasbih pada Allah, maka akan berlabuh menepi dan bersatu karena-Nya. Malam dipenuhi oleh doa-doa dan menjadi obat penawar sang hati yang sedang merindu. Jika takdir sudah berbicara, maka dua insan itu akan bertemu walaupun ada di ujung dunia. Saat itu, baru saja ia selesai menunaikan sholat Isya, Zahra mendapatkan notifikasi dari aplikasi dating online.
Pria itu berumur sepuluh tahun lebih tua darinya. Sangat dewasa pemikirannya dan berwawasan luas. Ia telah menjelajahi beberapa negara dan memiliki banyak sekali pengalaman. Saat ini ia sudah lima tahun tinggal di Bandung. Walaupun begitu, itu lumayan jauh dari tempat tinggal Zahra. Setelah beberapa lama saling mengenal, hubungan mereka menjadi semakin erat. Mereka sangat ingin bertemu di dunia nyata.
Zahra bersikeras ingin pergi ke Bandung seorang diri. Ibunya juga bersikeras untuk melarangnya pergi. Itu terlalu berbahaya bagi gadis lemah seperti Zahra. Terlebih lagi untuk bertemu orang asing. Zahra juga tidak bisa menyalahkan ibu sepenuhnya. Ibunya juga punya pengalaman pahit di masa lalu tentang suami, ipar, dan mertua. Ia sangat terluka dan trauma. Karena itu ia mewariskan rasa sakit itu pada Zahra. Tujuannya baik, hanya saja caranya yang salah. Ada pepatah mengatakan bahwa sejarah adalah guru yang terbaik. Namun kenyataannya beberapa sejarah harusnya dikubur dalam-dalam karena luka yang terlalu parah. Tidak semua sejarah bisa dijadikan guru. Beberapa menjadi racun dan menghantui setiap malam. Ibunya berharap bahwa Zahra akan mengerti dan tidak akan mengulangi kesalahan yang pernah ibunya perbuat. Dengan menceritakan keburukan dan masa pahit itu, Zahra menjadi takut untuk melangkah. Ia menjadi takut untuk menikah. Zahra hancur sebelum mengintip masa depannya. Hancur karena mimpi buruk yang diwariskan oleh ibunya.
Terlebih lagi pria yang dikenal Zahra adalah orang Arab yang terkenal dengan kekerasan dan kekejamannya. Banyak pekerja wanita kita di Arab yang disiksa oleh majikannya. Semua itu disiarkan di media. Zahra juga tidak bisa menutup mata oleh fakta itu. Tetapi sekali lagi ia berusaha untuk percaya. Tidak semua orang Arab seperti itu. Mungkin pria itu adalah salah satunya yang berhati baik. Terlebih lagi, sedari dulu tipenya adalah orang ras Arab. Mau tidak mau ia harus menentang sudut pandang orang Indonesia tentang orang Arab.
Dengan perdebatan yang panjang, Zahra akhirnya pergi tanpa izin ibunya. Ibunya dengan wajah masam mengantarnya ke halte bis. Zahra menggunakan uangnya sendiri untuk pergi ke Bandung. Ia telah mengumpulkan uang dari pekerjaannya yang serabutan. Pria Arab itu juga mengirimkannya pulsa untuk membeli paket internet. Maka dari itu ia bersikeras untuk ke Bandung. Ia tidak menggunakan uang orang tuanya. Itu dijadikan alasan yang kuat untuk menentang ibunya. Namun ia menyadari bahwa itu perbuatan yang salah. Ibu adalah nomer satu di mata Islam. Tetapi sampai kapan ia akan tinggal didalam sangkar? Kapan ia akan menikah? Jika tidak sekarang, lalu kapan lagi? Kesempatan tidak datang dua kali. Ia tidak mau dijodohkan oleh pria pilihan ibunya. Zahra sama sekali tidak ada perasaan suka pada mereka. Tak hanya sekali ibunya berusaha mengenalkannya dengan seorang laki-laki, tetapi berulang kali gadis itu menolak.
Sepanjang perjalanan ke Bandung, Zahra dipenuhi oleh cinta dan harap. Akhirnya ia menemukan pria idamannya. Ia berharap bahwa ini tidak akan mengecewakan. Ia sangat percaya bahwa inilah jawaban dari doa-doanya selama ini. Ini adalah obat dari semua tangisnya di masjid. Allah tidak pernah tidur. Namun disisi lain, ia tidak yakin akan perasaan pria itu padanya. Entah apa yang ada dipikirannya setelah bertemu. Ia akan menerima Zahra ataupun sebaliknya. Tetapi ia singkirkan semua keraguan itu dan memantapkan hatinya. Kun fayakun.
Tak jarang, pria arab itu menelfonnya dan menanyakan dimana lokasi Zahra sekarang. Ia selalu memantau setiap perjalannya dan selalu menanyakan kabar. Zahra merasa tidak sendiri. Jadwal bis terlambat beberapa jam. Yang seharusnya ia datang dalam enam jam, ia tiba di Bandung dalam delapan jam. Lelah dan ngantuk terbayarkan sudah ketika ia melihat sang pujaan hati melalui kaca di bis. Bis berjalan perlahan lalu berhenti. Semua penumpang bersiap untuk turun. Pria itu tampak sedang mencari keberadaan Zahra.
Dengan senyum, Zahra melambaikan tangannya. Pria itu juga membalas senyum dengan senyum bahagia. Akhirnya mata mereka bertemu dan memandang satu sama yang lain. Pria itu menyambut hangat tangan Zahra dan membantunya turun dari bis. Sosoknya tinggi, besar, dan sangat tampan. “Inikah yang dimaksud dengan pesona nabi Yusuf?” batin Zahra. Matanya tak henti-hentinya menatap pria yang berdiri dihadapannya. Genggaman tangannya sangat hangat dirasakan Zahra. Itu membantu menghilangkan rasa dingin yang menyelimuti tangannya dikarenakan AC bis. Jantungnya mulai berdegup tak karuan. Itu adalah pertama kalinya ia digenggam oleh lawan jenisnya. Ia merasakan ada kembang api didalam dada. Dunia terasa berhenti berputar dan mempersilahkan dua insan itu menikmati masa-masa berdua.