Zahra dan Hakan pun berdiri dari tempat duduknya lalu Hakan membayar makanan itu. Sepanjang Langkah menuju motor, semua mata tertuju pada dua sejoli itu. Untuk pertama kalinya, Zahra merasa menjadi seorang putri. Ia mendapatkan banyak perhatian karena seorang pria Arab yang tampan sedang berjalan disampingnya dan sedang menggenggam tangannya dengan erat.
Zahra memandang keatas untuk menatap wajah Hakan. Perasaan berbunga-bunga Kembali muncul didalam dadanya. Terasa sangat hangat dan nyaman. Ia ingin menyimpan perasaan itu selamanya. “Kamu sangat tinggi,” kata Zahra dengan senyuman yang mengembang. Hakan tersenyum dan berkata, “dan kamu kecil, sangat imut.”
Tinggi badan Zahra hanyalah sampai dada pria itu. Sesampainya di motor, Hakan memakaikan helm di kepala Zahra. "Jaraknya tidak terlalu jauh kok dari sini?" ucap Hakan. Zahra hanya mengangguk saja lalu naik di jok belakang. Sepanjang perjalanan, Zahra mendapatkan olahraga jantung. Pria ini mengemudikan motornya begitu kencang. Dia selalu seperti ini. Berkali-kali Zahra meminta untuk mengurangi laju motor, tetapi tetap saja masih terlalu cepat baginya. Ia seperti dibonceng oleh Valentino Rossi.
Sesampainya di parkiran hotel, Hakan membantu membawa koper Zahra dan mengantarkannya ke kamar. Hakan telah memesan kamar itu beberapa jam yang lalu sebelum kedatangan gadis itu. Dengan jantung dag-dig-dug, Zahra mengikuti langkah kaki pria itu hingga memasuki kamar. Sesampainya di kamar, tanpa sepatah katapun, Zahra langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Hakan tetap menunggu sambil duduk di atas kasur dan memainkan handphone nya. Jantung Zahra terus berdegup kencang setiap detiknya hingga akhirnya aktivitas mandinya usai. Ia memakai rok dan kaos berlengan panjang. Dengan ragu-ragu, Zahra keluar dari kamar mandi dan melihat sosok Hakan yang sibuk bermain game di handphone nya. Tanpa sepatah katapun, Zahra meletakkan handuknya dan membuka koper. Ia ingin memasukkan baju-bajunya kedalam lemari.
Ditengah-tengah aktivitasnya itu, terdengar suara Hakan yang beranjak dari kasur. Zahra ragu-ragu hendak menoleh. Ia tak berani untuk membayangkan apa yang akan terjadi. Langkah Hakan terdengar semakin dekat kearahnya. Entah mengapa, waktu terasa berjalan semakin lambat dan detak jantungnya terasa semakin cepat. Ini adalah pertama kalinya ia berada didalam ruangan dengan lawan jenis.
"Apakah kamu perlu bantuan untuk menata baju-baju itu?" tanya Hakan.
Tanpa menoleh, Zahra hanya menggeleng pelan.
"Baiklah kalau begitu. Aku pulang ya sekarang. Sudah malam. Besok pagi aku akan kesini dan aku akan membawa kamu keliling kota Bandung."
Hakan melangkah menuju pintu.
Mendengarnya, Zahra tersenyum lalu memandang punggung pria itu yang bidang.