Menyulam Luka di Penghujung senja

Tia Dia
Chapter #1

Prolog

Prancis, Musim dingin akhir 2023.

Setelah aku menemukan chat mesra Essan dan seorang perempuan di aplikasi hijau. Keadaan rumah tanggaku tidak lagi seperti sebelumnya. Perdebatan demi perdebatan kerap menyelinap di antara kami. 

Namun, keputusan hari ini bukanlah karena sesuatu yang timbul dalam semalam. Rasa kecewa dan mungkin kerugian yang menumpuk bertahun-tahun telah menggelapkan pikiran yang tak lagi jernih. Seperti air yang terlanjur dilarutkan sesendok kopi tanpa gula, kelam dan pahit. 

Tidak ada yang bisa menebak perjalanan hidup seseorang. Bahkan ketika merasa telah melewati segala rintangan, baik kerikil kecil atau badai, semuanya akan kembali normal. Namun sepertinya riak-riak itu tak ayal terus mendobrak benteng pertahanan kami.

Sepasang kaki dan tangan mungil yang kulahirkan dengan penuh perjuangan, ternyata disangka duri. Di ruangan itu terakhir kali aku menatap mata lelaki itu. Dapat dipastikan aku ataupun dia, kita, tidak akan lagi saling menatap selamanya. 

Gerimis tipis di musim dingin berhasil membekukan seluruh aliran darah hingga menusuk belulangku. Sekaligus membekukan hati dan harapanku. Tidak, ya, tidak ada lagi yang bisa kuperjuangkan. Semuanya telah dibekukan amarah. Dalam sejarah, mungkin ini musim dingin paling menyakitkan yang pernah kulewati.

Tiket sudah dipersiapkan sejak hari putusan dibacakan. Aku menerimanya di atas meja rias kamar. Dua tiket untuk satu kali perjalanan. Artinya tidak ada penerbangan kembali ke sini. Gerimis di mataku pun mulai menderas. Satu rengkuhan dari tangan mungil yang kini mulai beranjak remaja cukup memberiku kehangatan.

"Where are we going?" Ucapan yang terlontar dari bibir mungil itu menyentakku. 

Aku makin terisak-isak seraya memeluk tubuh kecil yang saat ini menjadi satu-satunya yang bisa membuatku nyaman.

"Maafkan Mama, Sayang. Sementara kita tinggal di rumah nenek, ya." Aku menjawab dengan dada masih sesak, tanpa menatap mata di depanku. Tapi aku tahu ia mengangguk tanda setuju.

"Are we going to Indonesia?"

Lihat selengkapnya