Menyulam Luka di Penghujung senja

Tia Dia
Chapter #2

Pertemuan di Pergantian Tahun

Yogyakarta, Desember 2021.

Janji yang dulu pernah terabaikan, terpenuhi setelah bertahun-tahun terpisah.

Bobo, lelaki peranakan Surabaya-Balikpapan baru kali ini dapat memenuhi niatnya menemui seseorang yang pernah ia tinggalkan dalam keputusasaan. Gadis pasundan yang ia kenal saat masih kuliah di Yogyakarta, 20 tahun silam. 

Pertemuan yang tentu saja bukan semata-mata karena keberuntungan atau sebuah kebetulan, tetapi ada campur tangan semesta. Meski melalui proses yang amat panjang dan menyakitkan.

Kisah lama yang tak pernah selesai, bahkan entah kapan dimulainya. Rindu yang tak pernah berujung temu, seiring kenangan yang jauh tertinggalkan waktu. Namun, pertumbuhan rasa yang makin pesat harus tersendat saat menyadari bahwa keduanya telah berada di fase kehidupan baru. Meski kenangan itu semakin hidup setelah bertemu di sebuah kota kenangan.

[Jadi ke Jogjakarta, gak? ]

Sebuah pesan yang Bobo kirim menerobos masuk ke ponsel seseorang di seberang sana. Pesan yang selalu menerbitkan senyum di bibir sensual perempuan yang kini telah matang di usianya.

[Iya, besok. Kamu sudah di sana, Mas? ] Pesan itu terbalas dengan segera.

[Iya, nah. Sudah. Kalau kamu ndak jadi ke sini, aku balik ke Surabaya besok.]

[Iya. Jadi, Mas. Besok keretaku tiba sore di Jogjakarta.]

Hening.

Tak ada lagi balasan dari Bobo. Entah sengaja atau memang begitulah kebiasaan Bobo yang selalu menggantung kabar. Disadari atau tidak, pertemuan yang akhirnya bisa terlaksana membuat perempuan pasundan itu tersenyum dengan denyut-denyut yang terasa berputar di antara hati dan jantungnya.

Tak sabar menunggu besok, tiba di stasiun dan menginjakkan kaki kembali di Jogjakarta. Bersama dia.

Perjalanan yang menempuh waktu delapan jam dari stasiun Kota Surabaya menuju stasiun Tugu, Yogyakarta. Akhirnya kereta tiba pukul 16.00 waktu setempat. Bobo menuju pintu keluar stasiun dengan perasaan tak tentu. Ada banyak hal yang berubah di sekitar sana. Bahkan di sejajaran jalan pasar kembang, kini telah padat oleh hotel berbintang dan sangat tertata rapi.

Bobo mengeret koper hingga ke pelataran trotoar. Ia mendudukkan diri di bangku tepi jalan sambil menunggu kawan lama yang akan menjemputnya.

[Mas, aku sudah sampai di stasiun.]

Satu pesan menyelinap di aplikasi percakapan. Bobo hanya melihat sekilas, lalu kembali sibuk bercengkerama dengan kawan lama yang baru saja tiba menjemput.

***

Di ujung yang lain, seseorang mendesah gelisah. Ia menenggelamkan diri pada keramaian sore Jogjakarta. Ada kerinduan yang membuncah di dalam sana. Suasana jogja selalu memberikan kesan berbeda di tiap sudut waktu.

Lama tak ada balasan dari pesan yang ia kirim, bahkan centang dua itu masih berwarna abu-abu.

Sebuah avansa silver berhenti tepat di depan QQ mart, di mana perempuan setengah matang itu terduduk, sesuai titik lokasi yang terdapat di aplikasi taksi online. Setelah meyakinkan itu mobil yang dipesan, ia pun masuk dan mengikuti sesuai titik tujuan.

Lihat selengkapnya