Jupiter mengeong penuh sukacita. Pamannya akan mengajaknya melakukan sesuatu yang luar biasa. Dia tak salah akrab dengan jantan gembul itu. Pamannya selalu membuatnya terhibur.
"Oke, ini rencananya. Tolong perhatikan dan ingat dengan baik."
"Oke," ucap Jupiter dengan menggoyang-goyangkan ekornya.
"Kita akan membuat lukisan paling indah untuk majikan baru kita."
"Wow, paman sangat baik."
"Tentu saja."
"Apa yang harus kulakukan paman?"
"Kau suka berlari, kan?"
"Yeah, itu hal favoritku."
"Bagus. Lukisan ini akan cepat selesai dengan kemampuanmu itu."
Wajah Jupiter berseri-seri.
"Kau hanya punya satu pekerjaan. Kau pergi ke kebun. Kotori keempat kakimu dengan tanah lalu kembali ke sini. Aku akan memandumu harus melukis apa."
"Oke."
"Kau mengingatnya?"
"Tentu!"
"Bagus. Sekarang pergilah."
Jupiter berlari menuju kebun lalu berlarian di tanah berumput itu.
"Membuat lukisan, eh?" ujar Thunder yang tiba-tiba berdiri di belakang Garfield.
Sontak Garfield berbalik sambil loncat.
"A-apa?"
"Nggak ada apa-apa," ujar Thunder berjalan ke arah sofa. "Aku menantikan mahakaryamu itu, kakak." Thunder tersenyum mengejek―di mata Garfield―lalu meloncat ke sandaran sofa.
Garfield merespon dengan dengusan. Lalu ia berjalan ke arah dapur lalu loncat ke atas kabinet dapur berpintu dua dekat meja kompor. Ia memperhatikan apakah ada sesuatu yang bisa dimanfaatkan. Dapur ini sangat bersih―tunggu, Garfield melihat sesuatu dibawah tudung plastik yang atasnya ditindih cobek batu.
Garfield mendekati tudung itu. Ia menyentuh cobek itu dengan salah satu kaki depannya beberapa kali.