Ketika Archie mendengar suara tembakan yang mengenai teman gadis itu, Archie sudah tahu apa yang harus ia lakukan. Gadis itu berlari dengan cepat, namun Archie telah mempersiapkan dirinya. Dengan cepat, ia menghalangi lajunya dan memasukkan obat bius ke dalam peredaran darahnya. Tanpa butuh waktu panjang, ia pun langsung terlelap.
“Dia masih bisa dimanfaatkan,” kata Archie kepada para Merah di sekitarnya. Rencana awalnya gagal. Ia harus menahan diri untuk tidak membebaskan satu tawanan pun. Rencananya hampir gagal pertama kali saat ia menemukan satu orang menghilang dari dalam truk. Jika catatan yang dipegang Theo dan Yudhi tidak sesuai, akan muncul kecurigaan terhadap Archie.
Awalnya Archie berencana untuk menjadikan Garuda Nirmala sebagai tumbal atas hilangnya semua korban selama 3 minggu terakhir ini. Namun tampaknya ia harus melakukan sedikit improvisasi untuk membebaskan keluarganya. Entah apa yang harus ia lakukan sekarang.
“Bagaimana kalian menemukan kami?’ tanya Archie.
“Kami menerima panggilan darurat dari truk. Setelah itu, kami mendengar suara tembakan dari dalam hutan,” kata Merah yang memukul kepala pria paruh baya yang kini penuh dengan lubang. Rustam Wahrudin.
“Panggilan Darurat?”
“Dari pengemudi truk.”
Rupanya si pengemudi masih memiliki sedikit nyawa, dan menggunakan sisa nafas hidupnya untuk memanggil teman-temannya.
“Nara,” bibir Archie mengucapkan nama gadis yang sekarang terkulai lemas di tangannya. Rambut hitam bergelombangnya menempel dengan pipinya yang berkeringat. Mata penuh tekad yang beberapa detik lalu menatap Archie dengan tajam sekarang tertutup rapat. Bibir yang menunjukkan barisan gigi putih kekuningan ketika melihat temannya dibunuh, kini setengah terbuka dengan lemas.
Ketika Archie mengangkat tubuhnya, ia bisa merasakan otot kaki yang mendorong nafasnya keluar dari seluruh tubuhnya. Latihan seperti apa yang gadis itu praktekkan?
“Aku akan membawanya kembali ke rumah untuk diproses oleh Lucretia. 1 orang dari kalian ikut denganku. Empat lainnya melanjutkan perjalanan ke klien.”
“Pangeran, ada sesuatu yang harus kau dengar terlebih dahulu,” kata salah satu si Merah. “Semua sudah hilang.”
Ketika Archie tiba di truk, semua orang telah menghilang dari tempat kejadian perkara. Termasuk kedua anggota Putih yang beberapa menit lalu terbaring di tanah. Archie pun mempersiapkan dirinya untuk menghadapi setiap tinju ayahnya.
Ardiya Jayadika mengelus kepala putra bungsunya.
“Jadi ini tikus yang mencuri uangku,” katanya sambil melihat Nara dari balik jendela. Ayahnya menekan sebuah tombol di meja di depan mereka berada. “Lucretia, langsung urus gadis itu. Kita tidak bisa mengirimkan produk tanpa detail yang jelas.”
“Okey, Pa,” kata Lulu.
Ayahnya pergi meninggalkan Archie di ruang interogasi. Ruangan itu terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah tempat Archie duduk sekarang. Dari sini, Archie bisa melihat keadaan di dalam melalui jendela, dan bisa mendengar suara dari seberang. Di meja depan jendela, terdapat sebuah speak dan mic yang bisa ia gunakan untuk berbicara ke seberang.
Bagian kedua adalah tempat di mana sekarang Lulu dan gadis yang bernama Nara itu berada. Mereka tidak bisa melihat melalui jendela dan hanya melihat pantulan wajah mereka saja. Di pojok tembok atas terdapat sebuah speaker yang menyampaikan pesan dari seberang.
“Archie, dia cantik yah?” kata Lulu dengan nada sedikit menggoda.