Merah Putih

Kenny Marpow
Chapter #18

Peranan

Archie benar-benar sudah kehabisan ide. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan berikutnya. Ia tidak ingin melawan hati nuraninya untuk melakukan pekerjaan ayahnya. Tetapi ia juga tidak mau Lulu dan Jo menjadi korban amarah ayahnya. Namun ia tahu bahwa Ardiya adalah orang yang adil, Ia hanya akan menghukum orang yang bersalah. Jika Archie beruntung, ayahnya akan menyalahkan Theo. Selain itu, ia tidak tahu apa lagi yang bisa ia lakukan.

Archie hanya tahu bahwa ia tidak akan tenang seumur hidupnya jika ia membiarkan Nara dibawa pergi. Ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri, “Sudah cukup.”

“Apa kau mengatakan sesuatu?” kata gadis yang berjalan di belakangnya.

“Tidak apa-apa,” kata Archie. Nara berjalan di belakang Archie adalah sebuah tanda bahwa ia masih belum mempercayai Archie sesungguhnya. Itu merupakan hal yang wajar, mengingat Nara menyalahkan Archie atas kematian temannya.

Archie membawa Nara melewati lorong-lorong rumahnya menuju jalan keluar. Dari situ, Archie akan meninggalkan bekas-bekas perlawanan sehingga tampak Nara sudah menculik Archie. Dengan demikian, Archie dapat dengan mudah menyerang Darah Patriot yang berada di rumahnya secara diam-diam. Cerita tentang Kutukan Setan Putih masih beredar di kalangan Merah. Mungkin Archie bisa mewujudnyatakan dongeng tersebut?

Mereka berjalan menaiki tangga dari ruang bawah tanah itu. Langkah kaki mereka perlahan tapi pasti, Tatapan mata Nara ke punggung Archie semakin berat terasa. Ia mempertimbangkan keputusannya untuk meminjamkan pistol yang ia bawa.

“Baiklah begini rencananya,” kata Archie kepada Nara. Tatapan matanya yang terkejut membuat Archie membalikkan tubuhnya. Mereka melihat dua orang Merah sedang berjalan ke arah mereka sambil berbincang-bincang. Satu pria dan satu wanita. Ketika mereka mengarahkan tatapan mata ke Archie dan Nara, dengan cepat Archie menempelkan tubuhnya ke Nara.

“Jangan tembak! Ia memiliki senjata!” teriak Archie ketika kedua Merah mengarahkan pistol mereka ke Nara.

Awalnya Nara kaget dengan tindakan Archie, namun dengan cepat, ia menodongkan pistol pemberian Archie ke kepalanya. Archie berharap ia tidak lupa mengunci pengaman pistol itu. 

“Jangan mendekat!” teriak Nara. Aktingnya cukup meyakinkan. Nara pun mulai mengikuti alur cerita improvisasi dari Archie.

“Kalau kalian mendekat, akan kutembak kepalaku sendiri!”

Archie bisa mendengar suara jangkrik di taman.

Ia melihat ke belakang dan menyaksikan kering bibirnya dan beberapa tetes keringat jatuh dari dahinya. Dengan tatapan heran dari tiga orang, Nara merevisi kalimat ancaman yang dilontarkannya.

“Maksudku, akan ku tembak sendiri kepalanya!” Ini baru kalimat yang benar.

“Panggil Jonathan! Ia akan tahu apa yang harus dilakukan.”

Seperti seorang pesulap, Jonathan muncul dari belakang kedua merah itu dan melihat adiknya sedang ditodong pistol

“Archie?” katanya dengan nada tidak percaya.

Lihat selengkapnya