.
“Bahagia... Lo kok ada dilangit sih?”
.
Sudah cukup lama, gadis dengan kaki tak beralas itu berjalan sembari menggosok-gosok bagian tubuhnya yang terbuka agar menghangat.
Tapi apa dayanya, malam itu benar-benar dingin.
Beberapa kejadian akhir-akhir ini yang menimpa dirinya sudah membuat dia pusing berkepala barbie. Siapapun, tolong bantu pikirkan dimana tempat dia bakal tinggal? Setidaknya untuk sekarang.
Masih untung tidak hujan.
“Bisa mati kedinginan pun bagus, kan?”
“Gaada yang bakal peduli juga” lirih gadis itu.
Bisa aja sih dia ambil beberapa baju dari koper buat dilapis ke badannya, tapi masalahnya itu. Merepotkan banget! Apalagi jika dipadukan dengan kondisinya sekarang. Takutnya jika kopernya terbuka dan tak bisa tertutup lagi.
Kan ga lucu:)
****
Sosok pejalan itu akhirnya berhenti.
Dari kejauhan Ferra dipertemukan dengan sebuah tempat yang setidaknya bisa ia duduki. Sebuah kursi panjang yang setidaknya cukup menjadi tempat istirahat buatnya.
Ferra yang sedari tadi merasakan mati rasa pada seluruh badannya akhirnya memilih untuk duduk sebentar disana.
Bagaimanapun Ferra menyiksa diri, dia rasa dan sadar bahwa tidak akan ada seorangpun yang akan peduli padanya.
Ferra pun meletakkan dengan baik koper tersebut disebelah sisi yang masih bisa dijangkau olehnya, ia kemudian memijat dan memukul-mukul bagian kakinya yang terasa pegal pake banget.
Dibilang-bilang, Ferra juga merasa sedikit kasihan dengan sepasang kakinya yang telah berjalan hampir satu jam lamanya.
Diatas aspal yang dingin ini, kakinya termaksud dalam salah satu korban.
Ferra mengeluarkan ponsel yang untungnya ada didalam saku celananya. Jika tidak, mungkin koper itu akan benar-benar dibongkar untuk sebuah tujuan yang memiliki akhir tak jelas.
“Siapa…?” gumamnya lesu. Mungkin Ferra sudah lelah setelah sekian lama berjalan.
Ferra kemudian men-slide layar ponselnya perlahan-lahan, dari bawah keatas.
Tentunya sekelompok nama muncul lalu menghilang menyesuaikan Urutan abjad A-Z meski hanya beberapa inisial nama yang terdaftar dalam kontaknya sehingga dengan cepat, ia sudah tiba pada bagian akhir.
Heh
Sampai akhir… gue masih sendiri?
Ferra perlahan-lahan menggelengkan kepalanya entah kepada siapa.
Bukan,
Gue bukan hanya sendiri
Tapi...
Gue juga membuat satu-satunya orang yang ada di pihak gue,
Menjauh dari gue?
Air mata perlahan terjatuh mengairi senyum nya yang ditaburi garam, namun gadis itu segera mengusapnya.
Ia kemudian kembali memfokuskan diri kepada ponselnya.
Menggeser layarnya dari atas kebawah, itulah yang terus Ferra lakukan saat ini berkali-kali, berharap ada sebuah nama yang bisa membantu dirinya melewati malam ini.
Cukup malam ini saja!
…harus keburu nih!
kepanikan mendadak melanda, begitu Ferra melihat baterai yang tertata rapi dikanan teratas ponselnya. (17%)
Dia kemudian mencoba menggeser layarnya kembali. Lagi.
Perlahan-lahan, dari A-G, nama yang akhirnya ia temui itu adalah sosok yang paling dia harapkan berada disisinya malam ini.
Sedikit ragu, tapi akhirnya dia memberanikan diri untuk menekan nama tersebut.