Meraki, Sebuah Catatan Kehidupan

Dian Y.
Chapter #1

Prolog

Hidupku, tentu saja aku memiliki harapan gemilang untuk setiap langkah atas pijakan yang aku pilih, sama seperti kebanyakan orang pada umumnya. Apalagi saat aku masih hijau dalam memandang kehidupan, kepalaku dipenuhi oleh ide-ide besar dan imajinasi yang terang benderang dan membara, akan menjadi apa dan bagaimana nasib kehidupanku di masa mendatang. Nyala kunang-kunang menghiasi benakku dan perutku kerap kali dihinggapi kupu-kupu yang mudah berterbangan kesana kemari. Namun, hal itu sudah begitu lampau bahkan sesungguhnya kini diriku sudah hampir lupa bagaimana debaran dan rasa semangat itu, ketika waktu masih berjalan lambat dan menanti lima tahun, sepuluh tahun, dua puluh tahun begitu menguras kesabaran. Tapi kini, aku malah berharap agar waktu jangan berjalan terlalu cepat.

Aku akui, aku memang sudah tidak muda baik dari segi usia maupun jiwa. Sudah begitu banyak hal yang telah aku lalui dan lewati. Bukan sesuatu hal yang istimewa atau dapat dibanggakan seperti misalnya kehidupan dari orang-orang yang hidupnya sudah memberi sumbangsih besar terhadap peradaban manusia atau mereka yang mendedikasikan kehidupannya untuk kepentingan bersama. Tidak. Aku tidak sehebat mereka. Hidupku juga terlampau membosankan sejujurnya untuk dapat aku banggakan, akan tetapi bukan berarti tidak layak untuk aku tulis ulang. Mungkin (lagi) orang-orang muda tidak akan mudah memahami apa maksud dari perkataanku yang berputar-putar ini. Namun, hidup adalah hidup. Aku pernah memusuhi kehidupan tetapi aku juga masih begitu menginginkan adanya sebuah kehidupan. Hanya orang yang pernah mengalami pertentangan kedua rasa itu yang akan paham betapa sebuah kehidupan menjadi sangat berharga bahkan yang paling membosankan dan absurd sekalipun. 

Aku akan ulangi pengakuanku di awal tadi bahwa aku dulu begitu naif dalam memadang kehidupan (dan sekali lagi harus aku katakan saat itu aku masih begitu belia), nyatanya jangkauan pandang mataku begitu sempit hingga tidak mampu menyingkap rahasia-rahasia yang berkulum-kulum dalam benak masing-masing orang yang pernah singgah atau menetap dalam hidupku. Aku terlalu terpaku terhadap satu hal yang aku inginkan, lalu terlena akan harapan dan bayangan semu dari kehidupan hitam-putih yang aku percayai selama itu. 

Aku rasa aku sudah begitu banyak mengeluh akan tetapi aku belum begitu yakin dengan apa-apa saja yang hendak aku tulis. Namun, meskipun begitu aku sudah tahu mau menulis kisah ini dari mana. Semua yang aku tulis ini akan menjadi kenangan paling berarti dalam hidupku, mungkin juga ketika menuliskannya kertas ini akan penuh dengan butiran air mata dan aku juga yakin ada halaman-halaman tertentu yang membuat aku ingin terjun ke dalam lubang hitam masa lalu, mengulanginya sekali lagi dan mengendurkan waktu. Karena bagaimanapun juga sebuah kehidupan selalu layak untuk dijalani, diperjuangkan dan diceritakan, meskipun terkadang kita berpikir bahwa untuk apa kita ini hidup dengan seribu kegagalan yang pernah kita alami sebelumnya. Namun hidup tetaplah hidup, kumpulan dari seribu kegagalan dan tawa di sela-selanya.



Lihat selengkapnya