MERANTAU

hendri putra
Chapter #7

Episode 7 : Pertemuan Dua Keluarga

Sore itu di dermaga lima...

Matahari sudah hampir tenggelam, di ufuk tampak lautan seakan-akan menelan Matahari itu.

Sebuah mobil mewah berwarna hitam melaju kencang memasuki dermaga lima, kemudian mobil itu berhenti di dekat sebuah gudang yang berada agak jauh di ujung dermaga itu.

Dari dalam gudang tampak seorang berpakaian seragam berlari tergopoh-gopoh ke arah mobil itu.

Siiiitttt......

Kaca mobil terbuka saat orang berseragam sampai di samping mobil mewah tadi.

"Selamat sore bos!" serunya.

Suasana yang remang-remang dan sedikit gelap membuat wajah orang yang di panggil bos tadi tidak tampak begitu jelas apa lagi dia memakai topi dan berkaca mata hitam.

"Dermaga lima ini sudah terlalu sempit dan sangat kotor," kata orang yang berada di dalam mobil.

"Aku mau kau melakukan sesuatu untuk ku." sambungnya.

"Apa itu bos?" tanya orang berseragam itu.

"Aku melihat dermaga tiga jauh lebih besar dan strategis dari tempat ini,aku ingin kau mengambil alih dermaga tiga dan memindahkan semua kegiatan kita kesana!" orang itu memberi perintah.

Lelaki berseragam itu diam sejenak.

"Apa perintah ku kurang jelas?" tanya yang di dalam mobil dengan suara sedikit meninggi.

"Perintah anda sangat jelas bos, tapi aku butuh waktu untuk melakukan itu." jawab orang berseragam.

"Baiklah, ku beri kau waktu 3 hari untuk menyelesaikannya." orang didalam mobil itu pun menutup kaca mobilnya kembali lalu menyuruh sopir untuk segera pergi meninggalkan tempat itu.

"Tiga hari?" desis orang berseragam itu sambil tertunduk lesu kemudian mengangkat wajahnya melihat mobil itu berjalan lalu hilang disebuah belokan jalan.

             *****

Suasana Paradise saat itu sangat sibuk sekali dan tampak ramai.

Jek lalu menyuruh Jon untuk berputar kembali dan memerintahkan mereka agar lewat pintu belakang saja.

Setelah mobil di parkir di halaman belakang,mereka bertiga pun segera menyelinap masuk kedalam gedung itu melewati pintu belakang.

Krek...

Jek membuka pintu dengan berlahan,namun pintu itu ditutup kembali.

"Gawat!" Jek berseru tapi dengan suara yang pelan.

"Eh, ada apa?kau seperti melihat setan saja?" tanya Madan heran.

"Aduh, ini lebih seram dari setan,kau lihat saja sendiri." jawab Jek bergidik sambil garuk-garuk kepala.

Jon gondrong hanya diam dan bengong melihat mereka berdua.

"Ah! Kau ada-ada saja!" ujar Madan sambil membuka pintu.

Baru saja pintu di buka dan dia berjalan satu langkah, kemudian pemuda itu kembali menutup pintu dan memandang ke arah Jek.

"Hahahaha...sekarang kau sudah tau kan?" Jek meledek sambil tertawa.

Jon gondrong makin bingung ketika melihat bos nya juga seperti orang ketakutan saat membuka pintu dan jelas itu membuat dia menjadi penasaran.

Jon pun memberanikan diri membuka pintu.

Krek....

Buuukkkk......

Sebuah benda melayang dan tepat menghantam wajah yang dulunya preman kampung itu.

Melihat apa yang terjadi,Madan dan Jek sontak tertawa terbahak-bahak.

Sedangkan Jon mengusap wajahnya sambil menyumpah habis-habisan.

"Kalian bertiga! lekas masuk! jangan sembunyi lagi dibalik pintu!"terdengar suara bentakan dari dalam ruangan itu.

Ketika orang itu saling pandang sejenak,lalu kemudian mereka pun sepakat untuk segera masuk.

Takut terkena lemparan lagi, Jon pun menyuruh Jek untuk berjalan duluan namun Jek kemudian mendorong Madan untuk segera masuk.

Ketiga orang itu masuk.

Perempuan yang duduk di meja kerja Madan yang tak lain adalah Anandita, gadis cantik berambut pendek itu.

Dia melotot saat melihat keadaan Madan yang cukup berantakan.

Wajahnya babak belur dan pakaiannya begitu kotor.

"Selain berkelahi, apa lagi yang kau bisa?" tanya Anandita.

Madan tertunduk diam, sedangkan jek mengambil tempat duduk di sofa kemudian membakar sebatang rokok.

Pemuda itu masih berdiri mematung mendengarkan gadis cantik itu mengomel.

"Cepat kau duduk di sana!" perintah gadis itu.

Madan melirik kearah anandita sebentar lalu kemudian duduk di kursi kerjanya.

Sambil terus mengomel,perempuan itu mengambil kotak obat-obatan dan segera mengobati luka di wajah pemuda itu.

"Aku tidak habis pikir, kalian selalu saja berkelahi setiap hari. Apa hebatnya? Apa kau merasa jagoan kalau berkelahi terus menerus?" dia terus saja mengomel sambil membersihkan luka Madan.

Kadang pemuda itu meringis kesakitan saat gadis itu terlalu keras mengusap bagian yang terluka dengan obat.

"Sakit?"

Madan mengangguk.

Kemudian gadis itu terus mengobati luka Madan tapi kali ini dengan penuh ke hati-hatian.

Sesekali Madan memandangi wajah Anandita yang sedang serius mengobatinya.

Jantungnya berdebar begitu cepat dan merasa tidak menentu ketika itu.

Lihat selengkapnya