Madan turun melalui lift dan langsung menuju lantai dasar di mana dia tadi naik ke atas. Dia lantas merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel dan menghubungi Jon atau pun Jek agar datang menjemputnya.
"Sial!!" Madan memaki dirinya sendiri.
Ponselnya ternyata dia letakan di saku jasnya dan jas itu sendiri tertinggal di kamar Anandita saat dia hendak berwudhu' tadi.
Suasana di lantai dasar atau tempat parkir begitu sunyi dan penerangan di sana pun tidak terlalu terang,cukup remang-remang. Saking sunyi nya di tempat parkir itu membuat suara derap langkah kaki begitu jelas terdengar.
Pemuda itu acuh saja dengan suara derap kaki yang semakin lama semakin santer terdengar dan semakin dekat ke arahnya.
Madan menoleh ke arah sumber suara langkah kaki tersebut. Di sana ada sekitar belasan orang berjalan cepat dan begitu gagah menuju ke arahnya.
Madan berhenti sejenak memperhatikan sekelompok orang-orang tersebut.
"Itu orangnya...! Ringkus...!," seru salah seorang dari mereka sambil menunjuk ke arah di mana Madan sedang berdiri.
Madan yang masih belum mengerti sempat menoleh ke kiri dan ke kanan untuk memastikan bahwa bukan dia orang yang mereka ingin ringkus.
Namun di sana hanya ada dia sendiri dan hal itu seketika membuat Madan tersadar bahwa bahaya akan datang menghampirinya.
Orang-orang itu langsung berlari memburu Madan. Mereka masing-masing bersenjatakan golok,kayu balok dan ada juga yang menenteng tongkat Baseball.
"Celaka!! ada apa ini!?" serunya heran.
Madan tak ingin celaka dan ambil resiko segera ambil langkah seribu dan lari menuju pintu keluar tempat parkir itu.
Melihat buruan mereka lari,orang-orang itu pun segera mempercepat larinya agar buruan mereka tidak meloloskan diri.
"Kejar...!!!" seru seseorang yang bertindak sebagai pemimpin kelompok itu.
Madan terus berlari menjauhi dari kejaran sekelompok orang-orang yang tidak dia kenal itu. Terlebih mereka membawa berbagai macam senjata yang membuat Madan menjadi sedikit ngeri juga menghadapi mereka semua.
Madan mengambil jalan ke arah kanan saat dia menemukan persimpangan. Kelompok yang masih mengejar Madan sedikit bingung mau ke arah kiri atau kanan. Pada akhirnya mereka pun membagi dua kelompok. Separuh ke kiri dan sisanya ke arah kanan agar mereka tidak kehilangan jejak dari orang yang mereka buru.
Madan berlari memasuki lorong-lorong antara gedung satu ke gedung yang lain dan dia berseru kesal saat di ujung lorong dia mendapati sebuah dinding tembok yang tinggi dan jelas itu adalah sebuah jalan buntu.
"Malah buntu!!" serunya kesal.
Dia masih berdiri menghadap tembok yang cukup tinggi itu dan mencari cara bagaimana bisa naik dan melompat ke balik tembok dan bisa lolos dari kejaran orang-orang yang tidak dia kenal.
Namun belum sempat dia berpikir,derap langkah kaki terdengar dari arah belakang.
"Mereka datang" katanya dalam hati.
Madan berbalik badan dan menghadap ke arah orang-orang yanh sedang berjalan menuju ke arahnya.
Lampu di tempat sedikit remang-remang sehingga tak begitu jelas tampang orang-orang tersebut,namun yang pasti di tangan mereka saat itu sudah menenteng senjata masing-masing.
"Cuma lima orang? kemana sisanya?" pikir Madan dalam hati saat memperhatikan mereka.
Pemuda yang dulu di kampungnya adalah guru mengaji dan memiliki cukup ilmu silat itu berusaha untuk bersikap tenang.
"Kalian siapa? dan siapa yang menyuruh kalian?" tanya Madan sedikit berteriak.
Orang-orang yang di tanya tak menjawab sedikit pun,mereka malah terus berjalan ke arah Madan berdiri. Madan pun akhirnya mengambil sikap waspada dan matanya yang liar melihat ke segala arah serta memperhatikan setiap gerakan yang di lakukan oleh musuh.
"Kau yang bernama Madan?" tanya salah seorang dari mereka yang saat itu jarak antara Madan dan kelima orang itu hanya berjarak 2 langkah saja.
"Ya,aku Madan,kalian siapa dan kenapa harus dengan cara seperti ini menemui ku?" tanya Madan.
"Kami hanya menjalankan perintah,"