MERANTAU

hendri putra
Chapter #17

Episode 17 : Terminal Kota

Untuk memastikan bahwa Anandita memang tidak masuk kerja hari itu, Madan sengaja mendatangi ruang kerja gadis itu. Beberapa kali dia mengetuk pintu dan tidak ada jawaban dan akhirnya dia memutuskan untuk masuk ke dalam. Dia berdiri sambil memperhatikan keadaan di dalam ruangan itu. Meja kerja yang tertata rapih dan ada beberapa buku catatan tersusun rapi di atas meja juga tampak beberapa majalah tentang makanan dan masakan di sana.

Matanya tertuju kepada sebuah bingkai foto yang terletak di salah satu sudut meja kerja Anandita. Di dalam foto itu hanya ada seorang gadis kecil dan seorang lelaki yang gagah sedang menggendong gadis kecil tersebut. Dari ekspresi yang terlihat di dalam foto tersebut tampak ke dua orang itu sangat bahagia sekali dengan latar belakang sebuah wanaha di tempat hiburan.

Madan mengambil dan memperhatikan foto itu beberapa saat.

"Ini pasti foto gadis galak itu sewaktu dia kecil dan lelaki yang menggendongnya sudah pasti bernama Hansen." gumam Madan dalam hati sambil meletakan foto itu di tempat semula.

Sebelum pergi meninggalkan ruang kerja Anandita, Madan kembali memperhatikan ruangan itu kembali.

Jek tampak berjalan terburu-buru saat Madan sudah keluar dari ruang kerja Anandita tadi.

Madan melihat Jek sedang terburu-buru berjalam ke arahanya lantas segera menghampiri Jek.

"Ada apa seniro Jek?" tanya Madan saat mereka sudah saling bertemu.

"Gawat! Gawata!" seru Jek dengan panik.

"Tenang...tenang...! Apanya yang gawat?" tanya Madan lagi.

"Ini menyangkut soal gadis galak itu." jawab Jek berusaha untuk tenang.

"Ada apa dengan Anandita? Apakah pria dari Perancis itu akan membawa dia pergi?" tanya Madan lagi sambil berlari menuju arah luar Paradise.

"Bukan, bukan soal itu!" seru Jek mengejar Madan.

Dari sana sudah tampak ekspresi wajah Madan yang sangat cemas, cemas jika gadis itu benar-benar akan pergi di bawa oleh orang yang mengaku sebagai tunangan Anandita yang bernama Piere.

"Lantas apa?!" bentak Madan dengan nada kesal.

Bentakan Madan tadi sempat menarik perhatian pengunjung yang berada di tempata itu beberapa saat sebelum mereka melanjutkan kesibukan mereka masing-masing kembali.

Jek kemudian mendekati Madan.

"Tadi ada yang menghubungi dan menelepon ke sini." bisik Jek.

"Terus?" ujar Madan sambil mendelik.

"Mereka mengatakan jika kau ingin bertemu dengan gadis galak itu, datanglah ke terminal kota pukul sembilan malam nanti." ujar Jek sambil berbisik.

"Apa maksud dari semua ini?" tanya Madan dalam hati.

Madan kemudian berbalik dan langsung menuju ke ruangan atas di mana kantornya berada yang kemudian Jek pun mengikuti dari belakang.

Dia menghempaskan pantatnya di kursi kerjanya yang empuk itu.

Dia bersandar dan matanya terpejam sesekali dia mengusap-usap rambutnya yang sudah mulai memanjang.

"Kau tahu siapa dan dari kelompok man mereka itu?" tanya Madan.

Jek menggelengkan kepala.

Raut wajahnya menyiratkan rasa khawatir yang teramat sangat, khawatir akan keadaan gadis itu.

Madan segera bangkit dari tempat duduknya.

"Heh...! Kau mau kemana?" tanya Jek.

"Mau ke terminal kota, ayo!" ajak Madan.

Madan berjalan tergesa tapi dia melalui lewat pintu samping di mana di sana tempat mobilnya terparkir.

Di tempat parkir ternyata Jon sedang asik bercincang dengan Omat dan Ucup.

"Eh...kalian ada di sini?" tanya Madan sedikit terkejut.

Lihat selengkapnya