Matahari pagi sudah berangsur naik dan sebentar lagi mulai meninggi. Gadis itu tampak masih bermalas-malasan dan hanya berbaring di tempat tidur. Kejadian kemarin cukup membuat dirinya merasa trauma dan tidak ingin kemana-mana sampai dirinya merasa cukup tenang dan bisa kembali beraktifitas seperti biasa. Banyak panggilan telepon yang tidak dihiraukan olehnya karena dirinya memang tidak ingin diganggu oleh apa pun dan siapa pun. Dia cuma butuh waktu untuk menenangkan diri dan memulihkan mentalnya.
Entah sudah untuk kesekian kalinya suara ponsel berdering. Tapi yang satu ini nada dering ponselnya berbeda dengan nada dering ponsel miliknya. Ponsel yang berdering itu adalah ponsel milik Madan yang tempo hari tertinggal bersama jas miliknya dan gadis itu belum sempat mengembalikan ponsel itu kepada Madan. Gadis itu segera bangkit walau dirinya agak sedikit enggan untuk beranjak dari tempat tidur. Dia memperhatikan ponsel yang tergeletak di meja rias itu. Sebuah panggilan video dari sebuah nomor yang tidak di ketahui siapa yang menghubungi.
Semula dia hendak menolak panggilan video itu,namun dia mengurungkan niatnya dan lalu mengambil ponsel tersebut dan menjawab panggilan video tersebut.
"Assalamu'allaikum!"
Di layar ponsel itu tampak seorang wanita tua mengucapkan salam.
"Wa'....Wa'allaikumsalam!" jawab Anandita.
"Eh...kok perempuan?" kata wanita di dalam video itu heran.
"Apa ini salah nomor atau bagaimana?" sambung wanita tua tadi sambil bertanya kepada orang yang ada di sampingnya.
"Benar itu, itu nomor yang dikasih oleh Madan waktu itu!" sahut seseorang yang tidak tampak di layar ponsel tersebut.
"Lihat lah Saman! Perempuan kan?" kata wanita tua itu lagi sambil memberikan ponselnya kepada orang yang dipanngil dengan nama Saman tadi.
Pria yang bernama Saman itu langsung mengambil ponselnya dan menampakan wajahnya di layar ponsel yang dipegang oleh Anandita.
"Eh...iya." kata Saman salah tingkah saat melihat layar di ponselnya ternyata yang muncul wajah perempuan.
"Maaf, anda siapa dan dapat nomor ponsel ini dari siapa?" tanya Anandita.
"Nama saya Saman, tempo hari saya bertemu dengan adik saya bernama Madan, dia yang memberikan nomor itu kepada saya." jawab uda Saman.
"Madan?"
"Iya, Madan! Tapi mungkin dia salah memberi nomor ponselnya jadi nyasar seperti ini." balas uda Saman malu-malu.
"Tidak...tidak! Ini benar kok nomornya Madan. Ponselnya tertinggal saat dia berkunjung ke rumah saya." kata Anandita.
Kemudian Anandita hanya mendengar percakapan uda Saman dengan seorang wanita yang mengatakan bahwa nomornya tidak salah, cuma ponsel Madan tertinggal di rumah kawannya. Begitu penjelasan yang di tangkap dan di dengar oleh Anandita.
Wanita tua itu sebenarnya adalah Amak atau ibunya Madan. Amak Madan kemudian mengambil ponsel dari uda Saman dan ingin menyampaikan pesan kepada Madan melalui orang yang katanya kawan Madan itu oleh uda Saman.
"Aduh, cantik sekali kamu nak, namanya siapa? Spa benar kamu kawannya Madan?" tanya amak Madan saat melihat wajah Anandita di layar ponsel milik uda Saman.
Mendengar pujian seperti itu membuat si gadis menjadi tersipu malu.
"Nama saya Anandita buk, iya saya adalah kawannya Madan." jawab Anandita dengan tersenyum.
"Ponsel Madan tempo hari tertinggal di rumah saya, belum sempat saya kembalikan kepada yang punya." sambung Anandita.
"O..iya, tidak apa-apa nak. Mungkin lain kali ibu bisa berbicara langsung dengan Madan, anak ibu." balas amak Madan yang tak henti-hentinya tersenyum memandang Anandita.
"Segera bu, saya suruh Madan untuk menghubungi balik jika nanti ponselnya sudah saya kembalikan." kata Anandita.
"Tidak usah, jika dia sibuk biarkan saja, tidak apa-apa." balas amak Madan lagi.